Banyak sekali tulisan mengenai ASI yang ingin gw tuangkan ke dalam blog, namun entah mengapa tidak satupun yang berhasil dijadikan tulisan yang enak dibaca, dan dipublikasikan di blog gw ini. Pdhal gw dah punya blog ini lebih dari setahun, sudah kelar kuliah yang artinya gak usah nyolong waktu kerjain tugas di sela2 kerjaan kantor.
Seperti udah ditulis di posting gw sebelumnya di sini, akhirnya gw merasakan menjadi ibu yang menyusui anak sendiri. Rasanya luar biasa sekali, karena kegagalan memberikan ASI pada anak pertama, Luna dulu. Bikin trauma dan nyesek. Dan sampai sekarang ternyata masihhhh saja ada yg ragu ttg kehebatan ASI. Kemakan iklan susu formula? Ups!
Gw gak anti susu formula ya. Luna adalah peminum susu formula. Karena susu formula di awal kehidupannya dia tumbuh besar sampai sekarang. Nanti dulu. Kenapa Luna jadi minum sufor instead of ASI? Dah banyak gw tulis kayaknya ya, jadi silakan ubek2 sendiri tulisan gw di blog ini. Hehehe. Yang jelas Luna minum sufor krn minimnya pengetahuan gw ttg menyusui. Bukan ttg kehebatan ASI, tapi ttg menyusui. Beda lho ya. Gw tau kehebatan ASI dan bertekad menyusuinya, namun setelah lahir dan menemui hambatan, gw stuck. Saat itu pikiran yg terlintas di kepala adalah gmn caranya supaya anak ini gak kelaperan. Ya gw kasihlah sufor itu.
Gw tau itu adalah keputusan yang sangat2 berat. Bahkan gw sampai menangis setelahnya. Merasa berdosa dan bersalah kenapa gw gak bisa ngASI, pdhal memberi ASI adalah cita2 gw. Sedih krn Luna akhirnya menjadi anak sufor, bkn anak ASI. Dan lbh sakit hati lg sama semua hal dan pihak yg menyebabkan gw memilih pilihan berat ini.
Ketika ilmu menyusui sudah gw pahami lebih lanjut saat hamil Indy, menyusui Indy pun gak dikatakan mudah walau juga gak susah. Lecet, payudara bengkak, itu salah satu hal di awal2 yg bikin gw merasa cukup punya 2 anak saja :p Mudah krn Indy langsung bisa latch on tanpa kesusahan. Dia pintar menyusu, dan berat badannya bertambah cukup signifikan di bulan2 pertama setelah lahir. Pokoknya jadi anak montok berisi hanya dengan ASI. Senangnya luar biasa, Indy bisa hidup selama 6 bulan hanya dengan minum ASI gw. Keajaiban.
Nah gw sangat ingin semua ibu yang sedang hamil memiliki semangat seperti ini. Perjuangan gw memberi ASI bukanlah hal yg mudah, karena lingkungan sekeliling gw belum terlalu mendukung ASI. Gw bukan anak ASI. Nyokap gw hanya memberi ASI dlm jangka waktu yang singkat. Kakak gw juga gak ngasih ASI ke anak2nya. Jadi gw jujur aja merasa jadi pihak minoritas di rumah *sedih*
Minoritas maksudnya adalah, perjuangan gw untuk memberi full ASI ini agak susah diterima. Banyak mitos yg harus gw hadapi. Dari mulai gak boleh makan pedas, dingin, mandi malam, macam2. Kemudian bayi gw harus diajarin minum pake dot supaya nanti gampang pas ditinggal kerja. Sampai anjuran ngasih empeng krn Indy maunya ngempeng payudara terus. Hal2 ini yg bikin gw sedih. Anggapan gw keras kepala dan terlalu ideal pun berkumandang.
Padahal demi supaya bisa memberi ASI gw bela2in melakukan semua kerepotan ini, kalo itu disebut merepotkan. ASI jelas2 lebih baik dari sufor. Sebelum menyerah memberi sufor, gw mau berusaha sekuat tenaga melakukan apapun asalkan anak gw mendapat haknya, makanan terbaik yang paling cocok untuknya.
Mungkin banyak orang bertanya2, apakah sufor itu racun sampe segitu haramnya memberi sufor ke bayi. Well, kalo mau jujur, pencernaan bayi memang cocoknya ya dapat makanan dari ibunya, yang khusus bayi manusia, yaitu ASI. Sudah cukup jelas bukan? ASI sudah dirancang oleh Tuhan untuk manusia, jelas saja, untuk mempertahankan hidupnya. Demikianlah yang terjadi bertahun2 sejak manusia prasejarah. Bayangkan saja bayi orok yang dikasih jus pepaya karena tidak mendapat ASI. Demikianlah analoginya. Lalu kenapa harus menyerah memberikan asupan lain yang tidak cocok untuk sistem pencernaan bayi yang masih rapuh itu. Usaha dulu dong.
Luna anak gw yang besar minum sufor swaktu bayi. Apa efeknya sampai sekarang? Dia kolik di awal2 masa hidupnya. Sampai sekarang daya tahan tubuhnya lebih rentan. Gw yakin karena ada pengaruh sufor. Apa sebab? Dalam sufor tidak ada zat antibodi tubuh. Sesederhana itu? Yes. Proteksi dasarnya tidak didapat. Walau setelah besar daya tahan tubuh bisa ditingkatkan, tetap saja terdapat beberapa resiko akibat mengkonsumsi sufor. Apalagi kalo terus dilanjutkan sampai diatas 1 tahun dimana susu pertumbuhan itu sudah ditambahkan macam2 rasa seperti coklat, vanila, madu.
Gw hanya memimpikan dunia dimana semua bayi mendapatkan haknya, semua ibu bisa menyusui anak2nya sampai tiba masa mereka disapih. Produsen susu tentu saja tetap bisa hidup, tapi tidak menciptakan produk yang melawan kodrat manusia. Sufor tetap diperlukan, fungsinya seperti obat, hanya bisa dikonsumsi jika ada kondisi tertentu yang sesuai dalam Kode WHO. Toh susu bisa dikonsumsi sebagai keju, yoghurt, puding, dan lain2.
Dan terutama lagi, gak ada lagi ibu2 bernasib sama kayak kebanyakan ibu2 saat ini di Indonesia, yang harus mencari tempat khusus untuk menyusui karena tidak disediakan di ruang publik (note: sejak jadi busui, selama memerah ASI, kantor tidak ada ruang menyusui, dan tiap tugas luar di hotel, ada 8 hotel yang gw kunjungi yang semuanya TIDAK PUNYA ruangan khusus untuk ibu menyusui), dan terutama tidak lagi menghadapi mitos2 tentang menyusui yang berkembang di masyarakat dan keluarga dekat yang heran karena ada bayi tidak diberi sufor...
Karena itulah...gw menandatangani petisi menentang Daffodil Study. Apapun yang dikatakan ttg riset tersebut, ketika mengetahui bahwa para responden bayi dibawah 6 bulan akan diberi sufor dari suatu produsen sufor tertentu demi keperluan riset...maka gw bisa menyimpulkan bahwa hal tersebut jelas2 adalah suatu keserakahan produsen...tidak salah lagi, apapun alasannya.