Minggu, 12 Juli 2009

Andai aku bisa menyusui

Andai aku bisa menyusui... aku nggak akan memberi anakku makan sebelum umurnya genap 6 bulan. Sayangnya banyak ibu yang bisa menyusui malah mulai memberikan makan anaknya sebelum umur bayinya 6 bulan. Padahal bayinya bisa menyusui dengan baik dan beratnya pun normal.

Luna sayangnya memang bukan bayi ASI. Jadi terpaksa sejak kecil dia minum sufor. Dia nggak bisa mengisap dengan baik. Padahal ASIku keluar, walau mungkin nggak deras tapi aku percaya kalo itu cukup. Tak kirain krn puting yg mendelep, ternyata bukan. Bahkan dia minum susu botol pun juga nggak bisa banyak. Kalau bayi lain bisa sekali minum mencapai 90 cc di umurnya belum genap 3 bulan, Luna bahkan sampai sekarang masih minum susu 90 cc, yang mana sekarang nggak bisa sekali minum habis. 

Kemarin baru saja baca majalah Ayah Bunda yang baru terbit, ada kelainan pada bayi antara lain kemampuan mengisap dan menelan. Dan 2 hal itu Luna boleh dibilang lemah. Mengisap ASI dia nggak bisa, mengisap susu botol dia nggak bisa banyak2. Menelan makanan, bisa sih, tapi untuk memberinya makan butuh kesabaran khusus. Sampai sekarang dia belum bisa minum dari sedotan, apalagi gelas langsung. Pernah dicoba memberikan training cup, malah dibuat mainan. Makanannya, sampai sekarang masih bubur saring.


Padahal mestinya paling nggak bisa yg agak kasar untuk melatih kemampuan mengunyah, apalagi Luna sudah punya gigi yg lumayan banyak. Kalo dikasih buah potong kecil sekali, bukannya dikunyah malah ditelan langsung, yg jadinya keselek, jadi aku kuatir memberi makanan yg tidak lembek. 

Kembali ke artikel di majalah Ayahbunda kemarin, apa perlu ya kubawa Luna ke dokter spesialis saraf anak, buat mengecek apakah ada kelainan dalam saraf yang berhubungan dengan kemampuan makan minum. Sedih juga, sampai2 bertanya2 dalam hari apa salahku selama hamil sampai2 saraf untuk makan-minum bermasalah gitu? Kuatir aja kalo dia kekurangan asupan gizi yang berpengaruh pada kecerdasannya.

Kamis, 09 Juli 2009

Anakku, Mama sayang kamu...

Luna, anak Mama sayang...

Maafkan Mama kalau belum bisa menjadi mama yang baik bagimu. Mama sangat ingin bisa memberikan yang terbaik, apapun itu, buat kamu, di tengah keterbatasan Mama. Mama masih sangat jauh dari sempurna, Mama masih suka nggak sabar memberimu makan dan minum, Mama masih sering, bahkan terlalu sering, merasa capek sepulang kantor sehingga terkadang Mama terbawa emosi saat harus menghadapi kesulitan makan kamu.


Sampai sekarang Mama masih nggak ngerti kenapa kamu susah sekali Mama suapi. Kenapa kamu susah sekali membuka mulutmu, walaupun sudah memegang banyak mainan. Kenapa kamu susah sekali menghabiskan susu yang hanya 90 cc di saat bayi lain seumuran kamu bisa menghabiskan mulai 120 cc, bahkan sampai 200 cc. Dan akhirnya Mama teringat di saat kamu baru lahir, kenapa kamu susah sekali menghisap puting Mama. Apakah itu semua berhubungan sampai sekarang dengan kebiasaan makan dan minum kamu. Mama nggak ingin Luna seperti Mama sekarang.

Hanya karena kebesaran Hyang Widhi dan ketelatenan Oma lah, Mama bisa menjadi seperti sekarang, di tengah keraguan Pekak dan Oma apakah Mama di kala besar bisa lancar bersekolah karena sering sakit2an, kuatkah bekerja di luar rumah tiap hari seharian dari pagi sampai sore, apakah nanti ada yang mau memperistri Mama, bagaimana nanti kalau hamil, melahirkan dan punya anak nanti?


Ya, Mama, seumur hidup, bahkan sampai sekarang, terus menghadapi keraguan Pekak dan Oma, karena Mama memang kebetulan diberi keterbatasan kemampuan fisik yang tangguh, karena Mama mengidap asma sejak Mama kecil. Bahkan sampai2 Pekak meragukan Mama untuk belajar menyetir mobil, yang menyebabkan Mama sampai sekarang satu2nya anak Pekak dan Oma yang nggak bisa bawa mobil. Alasannya, lagi2 fisik.

Nyatanya? Mama sukses bersekolah, walau sekolah yang dekat2 rumah, dan Mama tidak mengalami hambatan apapun dalam bersekolah, nilai Mama tergolong bagus. Mungkin hambatannya adalah Mama di waktu SD tidak pernah mengikuti pelajaran olahraga, karena dulu waktu SD jika Mama terlalu banyak bermain/bergerak, malamnya Mama akan kumat asmanya sampai2 sulit bernapas. Dulu datang RS adalah langganan Mama, dokter spesialis paru2 Mama yang sering Mama datangi dulu sekarang termasuk dalam tim kedokteran kepresidenan lho.

Mama di waktu remaja nggak pernah yang namanya jalan2 sama teman jauh2. Pekak dan Oma sangat melindungi Mama. Bagi Mama malah terlalu protektif. Dulu Mama merasa sangat tersiksa karena ruang gerak Mama terlalu dibatasi. Setelah bekerja, sedikit demi sedikit Mama mulai banyak diberi kebebasan bergerak.


Apalagi sejak Mama bergabung sebagai PNS di Kesra. Mama banyak dikirim ke daerah2 dalam rangka menjalankan dinas mengikuti kunjungan Menko Kesra sebagai tim Humas. Artinya Mama mesti dituntut bergerak serba cepat, karena Mama harus mendokumentasikan kegiatan Pak Menteri. Kekuatan fisik Mama harus prima.

Untungnya sejauh ini Mama bisa melaksanakan tugas2 tersebut dengan baik. Dan sepulang dari bertugas, dengan beristirahat sejenak Mama sudah fit kembali. Mama senang sekali, karena ini adalah pembuktian bahwa Mama sebenarnya BISA melakukan kegiatan apapun, asalkan Mama tidak terlalu lelah.


Mama ingat sekali, sepulangnya Mama dari diklat Prajabatan (Jumat malam), besok paginya Mama mesti berangkat tugas ke Manado (pagi hari). Dengan waktu yang sempit Mama mempersiapkan semuanya, yang terpaksa mengurangi jatah istirahat Mama. Jumat malam jam 10 Mama sampai rumah, bersiap2 packing sampai jam 12, kemudian tidur, jam 4 subuh Mama bangun bersiap2 berangkat ke bandara jam 5 subuh, pesawat berangkat jam 7.

Sampai di Manado barulah Mama bisa beristirahat, tapi Mama nggak bisa tidur. Besoknya acara di Buyat yang harus ditempuh perjalanan darat 4 jam dari Manado, maka besok subuh Mama harus siap2 berangkat ke Buyat. Pas acara puncaknya, berlangsung seharian dan berpindah tempat, Mama lakukan dengan semangat memanggul kamera video beserta kakinya kemanapun mengikuti perjalanan Pak Menteri.

Kalau tidak salah saat Mama masih di Manado, Oma mengirim SMS ke Mama, isinya forward dari SMS Pekak ke Oma, kalau Pekak sangat bangga sama Mama (Pekak kebetulan ikut dalam acara di Manado ini), karena Pekak nggak nyangka Mama bisa kuat mengikuti seluruh rangkaian kegiatan kunjungan kerja Pak Menteri.


Oh... nggak tau gimana rasanya, ya Mama lelah, tapi Mama nggak nyangka kalo Pekak dan Oma begitu mengkuatirkan kesehatan Mama demikian dalamnya, padahal Mama malah merasa biasa aja! Mama nggak pernah kumat lagi (bandingkan dengan Kepala Protokol, sebagai sesama pengidap asma parah, yang bolak balik menghirup inhalernya). Mama nggak pernah kumat separah itu semenjak Mama besar.

Dan karena kekuatiran orangtua yang demikian besar inilah akhirnya Mama harus melahirkan kamu dengan cara caesar, padahal Mama ingin melahirkan kamu secara normal. Sampai sekarang Mama nggak pernah tahu apakah sebenarnya Mama bisa kuat melahirkan kamu dengan cara normal atau tidak (kalau Pekak dan Oma jelas nggak percaya Mama bisa melahirkan normal). Tapi ya sudahlah... yang penting kamu lahir sehat dan selamat.

Sekali lagi Mama nggak ingin kamu mengalami kehidupan kayak Mama. Makanya Mama agak sedikit berkeras supaya kamu bisa makan dan minum yang cukup memenuhi gizi kamu. Mama sedih karena berat kamu kalau di grafik KMS sudah berwarna kuning. Mama sudah pasrah dengan beratmu di umur 11,5 bulan yang belum juga mencapai 8 kg, sedangkan menurut Oma di seumur kamu Mama sudah 8,5 kg.


Mama juga termasuk anak yang sulit makan, tetapi mau mangap, hanya saja lama sekali sampai 3 jam karena ngemut dan sesedikit2nya Mama minum, sekali minum Mama bisa 120-150 cc (bandingkan sama Om dan Tante kamu yang bisa 1 botol tinggi full). Mama kuatir dengan kondisimu, walau Mama banyak menghibur diri, bahwa perkembangan anak berbeda2, tetapi tetap Mama nggak bisa menyembunyikan rasa kuatir Mama.

Kamu memang lasak, sangat aktif, susah disambi, sesuatu yang menurut Pekak mungkin kamu rapel dari Mama, karena Mama di waktu kecil benar2 pasif nggak banyak gerak. Mama berharap mudah2an keaktifan kamu ini berarti perkembangan kamu normal, walaupun secara fisik nggak gemuk, dan sangat berharap juga perkembangan intelegensia kamu dapat melebihi Mama.

Luna anak Mama sayang... kalau Mama bisa... Mama ingin semua rasa tidak enak yg ada pada diri kamu dipindahkan saja ke tubuh Mama... Mama mau merasakan apa saja rasa sakit dan nggak enak dari diri kamu, yang penting Luna sehat selalu seterusnya.


Luna, Mama sayang sama Luna... sayang sekali... Maafkan Mama kalau sampai sekarang Mama belum bisa memberikan situasi yang terbaik untuk tumbuh kembang kamu, tapi Mama selalu berusaha supaya kamu berbahagia dan dapat tegar menghadapi hidup. Mama ingin Luna lebih baik lagi dari Mama.

Selasa, 07 Juli 2009

My name is

Mungkin banyak yang bingung dengan nama gue, karena kalo gw menyebut nama panggilan, kadang suka ditanya : "kok dipanggilnya Mita?"

Baiklah. Nama lengkap gue terdiri dari 5 kata. Panjang kan? Dan panggilan gue adalah 4 huruf terakhir dari nama lengkap gue (dari kata yang terakhir). Memang gue kalo menulis suka membahasakan diri dengan panggilan Tha, ya karena itu adalah panggilan singkat gue.

Berhubung panjangnya nama, gue hampir selalu tidak pernah menyertakan kata yang terakhir itu, yang merupakan asal dari nama panggilan gue. Jadi kata terakhir seringan gue singkat aja. Di KTP gue singkat, di FB nggak gue cantumin, di paspor juga nggak kecantum.

Nah berhubung gue dipanggil Mita dan nama itu jarang gue cantumin, orang jadi sering bertanya2 darimana gue dapat panggilan Mita. Ya gimana gue mo jelasinnya, mesti ngomong panjang lebar baru jelas.


Makanya dari zaman sekolah, kuliah sampai kerja, panggilan gue berbeda2. Teman2 sekolah, dari SD-SMA rata2 mengenal gue dengan panggilan Made. Cuma dikit yg tau Mita, kecuali yg sehari2 sering bergaul sama gue. Kuliah gue dipanggil Thatha. Hehe, ini sih panggilan iseng aja, terisnpirasi dari ponakan gw wkt masih kecil (dan sampai sekarang) dia nggak bisa bilang tante Mita, jadi manggilnya Thatha (tapi sering juga ditulis Tata sama temen2 gue). Pas kerja, gue balik lagi ke panggilan Mita.

Nah, tapi untuk penulisan di nametag, ada 2 versi nih. Nametag pertama, tertulis 3 kata pertama nama gue (yang merupakan nama Bali) disingkat. Jadi gue mendapat panggilan baru dari orang yang baca nametag, Citra. Nametag kedua, gue ganti lagi, kali ini (tetap seperti biasa) tanpa kata terakhir, dan kata ke 4 disingkat. Jadi orang lain kembali memanggil Made. Kalo ditanya panggilannya, kembali gue sebut Mita, dan biasanya yg nanya malah balik bingung.

Makanya waktu gue menamakan anak gue, gue gak pengen nanti besarnya dia bakal kerepotan dengan namanya lagi. Hehe, tapi bukan berarti gue gak menghargai nama pemberian ortu lho. Nama yang singkat (singkat mah masih 4 kata juga) dan mudah diingat. Sebenernya namanya terdiri dari 4 kata, 2 kata pertama nama Bali, 2 kata pertama memang namanya dia.

Senin, 06 Juli 2009

Sama dan Mirip

Ceritanya abang ipar gw akan married pertengahan bulan ini. Weekend kemarin gw nginep di rumah mertua. Dan gw liat draft undangannya. Lho, kok mirip undangan punya gue dulu? Bahkan fontnya pun sama, kecuali nama pengantin beserta fontasinya, lokasi, peta, kutipan sloka dan desain inisial, tapi selebihnya sama bener. Serupa tapi tak sama.

Ternyata kata suami gue, emang desainnya meniru punya kita dulu. Hahaha... gw ketawa ngakak jadinya. Sejujurnya aja gw juga nggak puas sama hasil jadi dari undangan gue itu, biarpun gue yg desain. Ternyata gue salah desain! Salah setting, jadinya kesan yg diharapkan gak sesuai keinginan.

Duh, tau gitu kan bisa gue bikinkan desain lain yg lebih bagus dan indah, secara gw emang demen mendesain2 undangan, album foto. Itung2 melampiaskan kegemasan sama bentuk undangan gue yg gak sesuai harapan itu. Btw gambarnya kapan2 gw upload deh, kemarin lupa dipotret.

Hanya Impian

Liat2 foto2 teman2 yg baru punya anak (maksudnya masih bayi, dibawah 40 hari) jadi pengen punya anak lagi. Kayaknya menyenangkan banget menggendong bayi yang masih senang tertidur di gendongan, masih merah, masih berwajah bayi baru, kecil mungil ringkih. Tapi kalo inget betapa menyesakkannya pengalamanku pasca melahirkan, rasanya nggak mau punya anak lagi. Cukup 1 aja. Pengalaman kemarin aja belum sepenuhnya terlupakan sampai sekarang.

Entahlah. Mungkin waktu yang akan membuatku akan berubah pikiran, atau tetap dengan perasaan saat ini : cukup 1 anak. Dalam hati sih pingin anak 2. Pengen bisa merasakan indahnya menyusui anak. Dan pengen memperbaiki kesalahan2 yang pernah dilakukan semasa merawat Luna kecil yang bulan ini akan berumur 1 tahun. Nggak puas rasanya menikmati masa bayi Luna yang sebentar lagi akan berakhir memasuki masa balita.