Kamis, 12 Januari 2012

Keuangan Keluarga dan Dana Pendidikan

Sebenernya tergolong telat, krn gw baru aware dg keuangan keluarga setelah 4 tahun married. Hahaha, bayangkan! Kemane aje loe selama ini?!! Berkeluarga dg gaya koboi kayak gw (kamu disana, aku disini) memang menjadikan kami berdua, sampai saat ini, gak tau penghasilan masing2, pengeluaran masing2. Ah gile lo, kok bisa? Nah itu dia, gw juga bingung, kok bisa ya?

Sebelum menikah, kami berdua mendiskusikan bbrp hal yg akan menjadi konsekuensi pernikahan. Dan kesepakatan kami antara lain, gw tetap bisa bekerja tp posisi gw adalah komplementer, dalam artian bukan berarti penghasilan gw hak gw doang tapi bisa berpengaruh thdp kebutuhan keluarga kecil kami. Walau demikian suami akan sebisa mungkin memenuhi kebutuhan gw dan anak2 kami kelak. Dan pengelolaan penghasilan diserahkan masing2, dalam artian gw ngelola penghasilan gw sendiri, suami juga demikian.

Waktu masih serumah, praktis semua pengeluaran selama berjalan sama suami adalah pengeluaran dia. Gw cuma keluar duit klo gw lagi jalan sendiri, misal pulang kantor mampir belanja, nah itu gw yg bayar. Demikian juga ongkos dan makan gw di kantor, berasal dari gaji gw. Suami gak kasih gw semacam uang pegangan utk operasional. Kami berdua masing2 punya tanggung jawab lain juga, seperti gw yg membayar pengeluaran rutin rumah ortu utk bayar listrik dan telpon, demikian juga suami.

Semua berjalan sampai akhirnya lahir anak pertama, Luna. Biaya kontrol kandungan dan melahirkan jelas tanggungan suami dong, secara dia dapat ganti dari kantornya. Demikian juga biaya imunisasi. Karena gw stay di rumah ortu gw dan suami stay di rumah ortunya, sedangkan Luna adalah peminum sufor, tentu ada biaya yang LUMAYAN BANYAK harus dikeluarkan setiap bulan. 3 bulan magabut (kan cuti hamil, jadi cuma dapet gaji thok dong, tunjangan kagak bo, wkt itu sistemnya kalo cuti nggak dapat tunjangan) gaji gw lumayan terkuras beli perkakas bayi macam diapers dll (untungnya Luna pake popok jadi pake diapers klo lg diajak keluar aja). Karena masa2 ini hubungan gw masih panas2nya (bukan panas arti sensual ya :P tapi lg "Siaga I" atau "Awas" klo ikutin status gunung berapi) gw gak minta duit sama suami. Gengsi ceritanya! Tapi kobol2 juga lama2. Dan akhirnya memang suami memberikan salah 1 kartu ATMnya utk gw bawa, yang sejak itu diperuntukkan utk biaya operasional gw dan Luna. Jadi tiap bulan abis gajian dia transfer sejumlah sekian utk kebutuhan Luna (dan gue). Nah baru deh keuangan gw longgar kembali, gak sesek napas.

Berada dalam kondisi yang tidak menentu membuat gw berpikiran, bahwa apapun yang terjadi gw tidak boleh 100% tergantung siapapun, gw harus siap mental dan finansial klo sesuatu yg terburuk terjadi (waktu itu hubungan kami cukup buruk utk ukuran suami istri), dan terutama gw harus bisa survive, selain utk diri sendiri juga utk anak gw in case terjadi hal yg tidak diinginkan (oh yeah, gw pun merasakan hal ini dan bisa mengerti dan memahami mengapa artis2 itu gampang sekali bercerai, stlh gw merasakan momen2 dimana kami berdua bener2 tidak bisa memahami satu sama lain, pdhal dah jalan bareng 6,5 tahun lamanya).

Nasihat nyokap gw di sini adalah: gak boleh boros sama duit! Maka gw pun mencari cara gimana supaya kelak gw bisa menyekolahkan anak gw, gimana dg duit yg ditransfer rutin sama suami itu gak lenyap begitu aja tp bisa gw sisihkan untuk dana pendidikannya kelak. Kalo utk kebutuhan hidup sih gw masih bisa penuhi.

Karena gw gak punya bayangan sama sekali ttg pengelolaan duit ini, secara sederhana gw hanya ikut tabungan rencana dari bank plat merah terbesar setelah gw dilamar dg jumlah setoran bulanan 200rb. Ketika jatuh tempo (gw ikut thn 2007 dg jatuh tempo 2 tahun) gw perpanjang lagi sampai tahun 2014 dg jumlah setoran tetap, sesuai dengan perkiraan umur Luna masuk SD (6 tahun). Gw percaya klo cuma nabung doang gak bakalan kekejar dana pendidikan Luna krn ada inflasi dsb. Maka gw pun tertarik dg asuransi pendidikan.

Waktu itu gw sama sekali gak tau produk2 utk perencanaan dana pendidikan. Yg sering gw denger adalah asuransi pendidikan. Tp cara kerjanya kayak apa juga gw gak tau. Kebetulan teman akrab orangtua kami adalah agen asuransi cap kuning. Dia menawarkan produk asuransi investasi (yg kemudian gw tau namanya unitlink). Krn gw ga tau spesifik produknya, gw iya2in aja, gw percaya sepenuhnya. Walau gw agak bingung, soale setau gw asuransi pendidikan itu biasanya di ilustrasi ada gambarannya klo umur anak 4 thn dapat berapa, 6 thn dpt berapa, 12 thn, 15 thn, 18 thn.

Singkat kata akhirnya polis gw keluar, bulan Januari 2009, tertanggung adalah gw dg ahli waris Luna. Uang Pertanggungan 100jt, premi 400rb per bulan, masa pembayaran selama 10thn. Dilengkapi dengan rider kesehatan dan waiver. Wah, gw ga tau deh istilah2nya saat itu, yg gw minta cuma spy klo masuk RS bisa klaim ganti biaya. Karena pikir gw, biasanya anak kecil kan pasti sering sakit2, siapa tau aja harus masuk RS.

Di saat bersamaan, temen atasan gw di kantor juga prospek gw utk ikutan asuransi pendidikan dari perusahaan warna hijau. Gw liat di ilustrasinya, tnyata yg seperti itu yg (tadinya) gw inginkan, bener2 asuransi pendidikan. Jadi di umur2 masuk tingkatan sekolah kita mendapatkan dana sekian. Asuransi itu sama juga jenisnya, unitlink, menggabungkan asurans dan investasi. Setelah revisi premi karena gw hny sanggup 4jt per tahun, maka dibuatlah ilustrasi, sampai akhirnya gw setuju dan polis dibuat. Saat itu Maret 2009. Jadi gw memiliki 2 polis unitlink. Tertanggung gw, UP 15jt, premi 4jt15rb per tahun yg dibayar semesteran, ridernya ADDB. Di polis sih gw liat masa pembayaran terus menerus... Gw pikir, ya sudahlah ntar kan bisa nego lagi spy masa bayarnya cukup 10 tahun aja.

Untuk kedua produk diatas, gw sama sekali gak ikut menentukan akan dimasukkan kemana saja dana investasinya. Unitlink cap kuning 50% saham 50% dana berimbang, unitlink hijau 100% saham. Ini yg menentukan para agen, gw sama sekali gak tau apa itu masuk ke saham apa itu dana berimbang. Sekilas aja gw pelajari polisnya, tp gw tetep gak tau maknanya apa (gw baca polisnya sampai habis lho).

Jadi total gw memiliki 2 polis unitlink, 1 tabungan rencana, deposito berjangka dan tabungan biasa. Dalam hati gw berpikir, setiap melihat gambaran ilustrasi di polis2 itu, wah enak banget ya cuma bayar sekian di masa depan duit kita bisa berkembang jadi sekian ratus juta. Gw pun sempat berpikir utk diversifikasi aset dg membuat unitlink lagi di bank pemerintah. Namun akhirnya gw batalin rencana itu krn gw mikir gimana bayar preminya ntar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar