Selasa, 21 Januari 2014

Asuransi Unitlink (bagian 3)

Setelah sekian lama tertunda, akhirnya gw sempatkan menulis bagian terakhir dari pengamalam gw punya asuransi sekaligus investasi alias unitlink, karena gw pernah punya 3 unitlink dan yang terakhir ini adalah yg terakhir gw bikin, tahun 2011 (2 lainnya gw bikin hampir bersamaan tahun 2009).

Sudah tau kan gimana gak optimalnya asuransi unitlink. Udah banyak sumber deh yg nulis. Ada yg setuju dan ada juga yg nggak. Buat gw sih tergantung pribadi masing2, ada yg merasa terbantu, nggak ribet karena selain proteksi juga dapat investasi. Ada juga yg merasa rugi karena ternyata ilustrasi tidak seindah kenyataan. Gw termasuk yang merasakan hal yang terakhir, makanya gw tutup kan. Klo gw msh merasa butuh ya ngapain juga gw tutup, gitu deh...


Gw kan udah pernah cerita di Bagian 1 dan Bagian 2 alasan2 gw mempunyai asuransi unitlink. Di postingan sebelumnya gw memberi judul Asuransi Pendidikan, karena keduanya gw buat utk tujuan menyiapkan dana pendidikan anak pertama gw Luna. Sedangkan yg ini, tujuan awalnya adalah untuk asuransi kesehatan Luna. Lho emang di asuransi unitlink yg sblmnya Luna nggak dicover? Ternyata enggak! Dan gw baru tau stlh baca polisnya (which is dikasih ke gw setelah masa dimana pemegang polis masih bisa membatalkan keikutsertaan dalam asuransi), udah terlanjur brarti gw tercatat sbg pemegang polis, yo wis lah. Polis asuransi pertama itu gw buat di agen asuransi yang merupakan kenalan SANGAT baik keluarga gw. Demikian pula asuransi unitlink ketiga gw ini.


Sebenernya gw gak bermaksud membuat asuransi lagi. Awalnya gw kemukakan ke agennya bhw gw ingin revisi polis supaya Luna bisa dimasukkan sebagai tertanggung di rider asuransi kesehatannya. Gw ulang lagi rincian polis pertama gw deh.


Nama pemegang polis: gue

Nama tertanggung jiwa: gue
Uang pertanggungan jiwa: Rp. 100 juta
Asuransi rider: waiver premi dan asuransi kesehatan dengan sistem reimbursement tarif kamar Rp. 500rb/hari
Premi bulanan: Rp. 400rb, dimana alokasi asuransi Rp. 300rb dan alokasi investasi Rp. 100rb.

Agen gw pun menghitung2 ulang, dan katanya daripada revisi polis, kan sayang krn uang investasinya udah kebentuk, mendingan BIKIN lagi aja asuransi baru! Lalu dg cepat dia membuat skema ilustrasi. Ternyata didapat premi yang harus dibayar per bulan Rp. 400rb untuk asuransi kesehatan Luna.


Sebenernya gw udah agak berat, krn gw dah punya 2 asuransi sebelumnya, dimana masing2 gw harus menyisihkan Rp. 400rb dan Rp. 350rb per bulan, masa nambah lagi Rp. 400rb, berarti bisa diatas 1jt per bulan dong. Tapi agen gw meyakinkan gw, bahwa gw akan dapat rejeki lbh banyak lagi sehingga bisa bayar premi semua asuransi itu. Saat itu awal tahun 2011, dimana asuransi unitlink pertama gw ulang tahun polisnya tiap tanggal 17 Januari. Dan saat itu gw belum tau kalo gw hamil lagi (hitungannya masih hamil muda 1 bulan).


Akhirnya gw setuju untuk membuat asuransi kesehatan khusus buat Luna. Lagi2 gw gak tau kalo ini jenisnya unitlink, saat itu gw mana tau asuransi itu macam2 jenisnya. Gambaran polisnya adalah sebagai berikut:


Nama pemegang polis: gw

Nama tertanggung jiwa: Luna
Uang pertanggungan jiwa: Rp. 75 juta
Asuransi rider: asuransi kesehatan dengan sistem reimbursement tarif kamar Rp. 750rb/hari
Premi semesteran: Rp. 2,4 juta alias Rp. 400rb per bulan, tapi dibayar per semesteran atau 6 bulan sekali
Alokasi premi untuk asuransi Rp. 2jt dan alokasi untuk investasi Rp. 400rb (jadi Rp. 800rb per tahun untuk investasi alias sebulan cuma 66 ribuan)
Alokasi investasi 100% ke Equity, tapi ditempatkan ke dalam 4 efek equity (saham) yg berbeda2 yg diterbitkan oleh asuransi tersebut. Jadi masing2 sebesar 25%.

jadi kalo disetahunkan gw membayar premi untuk asuransi kesehatan Luna sebanyak Rp. 4,8jt dengan alokasi premi untuk asuransi Rp. 4jt dan alokasi untuk investasi Rp. 800rb.





Gw menutup polis ini bulan Juli 2012, berarti gw udah sempet bayar premi 3x. Total jumlah premi yang udah dibayar sejak buka polis sampai nutup adalah:

- Total premi dibayar: Rp. 7,2jt
- Total premi untuk alokasi asuransi: Rp. 5,2jt
- Total premi untuk alokasi investasi: Rp. 2jt

Karena gw nutup asuransi sebelum usianya 3 tahun, maka sesuai aturan (aturan darimana, gw jg gak tau, tp tercantum di polisnya sih), maka nilai investasi yang bisa ditarik harus dikurangi semacam pajak atau denda atau apalah namanya. Berdasarkan perhitungan seharusnya nilai tunai yg bisa gw dapatkan MINIMAL Rp. 2jt (jangan berharap asuransi ditutup maka seluruh uang Rp. 7,2jt itu akan balik ya, ntar perusahaan asuransinya idup dari mana dong tiap nasabah nutup polis dan gak pernah klaim minta premi dibalikin 100%, itu mimpi alias mustahil). Nyatanya gw hanya mendapatkan nilai tunai sebesar Rp. 1.129.342! Jadi selisihnya aja Rp. 870.658.


Rugi dong? Iyalah.. dari premi untuk alokasi investasi aja udah rugi bandar. Apalagi dari total premi yg udah dibayar. Katanya klo lebih dari 5 tahun unitlink bisa untung. Eits, kata siapa itu? Gw udah bikin simulasinya, selama 10 tahun pembayaran dan setelah selesai pembayaran pun gak akan pernah untung. Kalo untung itupun dikit banget gak sampe puluhan juta, itupun sebenernya kita udah rugi besar di WAKTU yang kebuang sia2 dan gak bisa balik lagi jika kita memisahkan antara proteksi dan investasi. Sayang banget yah. Yg seperti ini nih yg banyak orang gak tau. Asuransi itu pada dasarnya harus BAYAR premi, diklaim ataupun tidak diklaim, namanya juga kita beli proteksi, masa gratis sih, BPJS aja bayar premi perlindungan.


Terus dari kesalahan2 ini apa aja yg udah gw pelajari? Banyak! Salah satunya yg paling fatal banget, di polis unitlink ketiga ini tercantum bahwa nama tertanggung jiwa adalah Luna. Pdhal Luna bukan pencari nafkah, dan juga asal tau aja, kalo anak kecil dijadikan tertanggung jiwa, jika suatu saat terjadi kejadian meninggal dunia, maka uang pertanggungan yang dibayarkan tidak mencapai 100% lho. Jadi di polis ini uang pertanggungan Luna 75jt, klo terjadi meninggal dunia maka ahli waris tidak mendapat Rp. 75 juta, namun sekian persen (gw juga lupa brp, klo gak salah 50%). Miris kan? Anak kecil bukan pencari nafkah utama dijadikan tertanggung jiwa, bayar preminya full, kalo ada apa2 uang pertanggungannya nggak full krn dianggap anak kecil tidak memiliki tanggungan secara ekonomi. Lah itu aturannya gitu, trus kenapa ya banyak perusahaan asuransi yang jualan unitlink malah jor2an menjadikan anak sebagai tertanggung jiwa? Tanya deh kenapa, karena kita2 ini masih bodoh soal finansial dan cara kerja produk keuangan.


Gw buka asuransi ini bulan Februari, lalu bulan April gw baru tau kalo asuransi ginian namanya unitlink, gimana gak lemes gw! Mana agennya teman baik keluarga pula... bayangin aja 13,5jt setahun (alias lebih dari 1jt sebulan) hanya untuk bayar asuransi, yg selain nilai pertanggungannya nggak cukup, pun hasil investasinya tetap nggak akan cukup untuk biaya pendidikan Luna aja, dan pertanggungan kesehatan pun hanya untuk gw dan Luna, bukan sekeluarga. Gimana kalo gw punya anak lagi, masa bayar lagi 400rb sebulan, brarti bayar 1,5jt sebulan utk asuransi doang dong, gila! Gaji gw aja gak gede2 amat. Atau kasarnya, masa utk bayar pertanggungan yg diperlukan (kesehatan) gw juga harus bayar pertanggungan yg tdk diperlukan (khususnya utk anak2) yaitu jiwa, sebesar Rp. 400rb-500rb per bulan, klo sekeluarga ada 4 orang berarti bayar 2 juta saja dong buat asuransi, yg nilai pertanggungannya pas2an gitu.


Mudah2an gw sempet nulis tentang caranya gimana menyiapkan biaya pendidikan anak yang murah dan efisien, tentunya sesuai dengan kondisi gw, karena disini sifatnya hanya berbagi pengalaman. Kalo untuk lebih jelas tentunya tanya saja ke perencana keuangan, jadi kliennya. Oh iya, klo yg mau tau tarif jasa perencana keuangan independen, kelihatannya mahal pdhal sebenernya nggak lho, krn benefitnya lebih dari itu dan efeknya jangka panjang. Hitungannya tergantung aset lancar kita, dengan besaran harga variasi, ada yg dengan kontrak pendampingan setahun, 6 bulan atau cuma financial plan biasa saja tanpa review dan pendampingan. Kalo cuma mau bikin plan biasa saja tanpa review, ikuti saja kursus2 yg diadakan oleh perencana keuangan independen, ya harganya memang segitu, tapi kalo ikut kursus kan kita jadi bisa hitung sendiri kebutuhan kita.


Bagi yang tetep pengen terusin unitlink nya juga silakan aja, kalo merasa terbantu, misalnya untuk asuransi kesehatannya aja. Tapi please deh, penting diingat, kalo dalam polisnya tercantum nama pertanggungan jiwa adalah nama anak, itu artinya lo rugi bandar! Kalo emang gak mau repot, bikinlah atas nama pencari nafkah trus ambil rider asuransi kesehatan yg bisa mencakup 1 keluarga. Biaya lebih murah. Walau menurut gw pribadi tetep lebih murah asuransi jiwa murni+rider asuransi kesehatan yang bisa mengcover seluruh anggota keluarga, dengan tertanggung jiwa utama atas nama pencari nafkah. Misalnya bapak bekerja umur 30thnan dengan 1 istri dan 3 anak, biaya asuransinya saja paling banter semahal2nya 1 juta sebulan, mungkin gak sampai malah. Ini asuransi jiwa murni untuk si bapak ditambah asuransi kesehatan untuk sekeluarga lho, dengan biaya kamar RS Rp. 500rb per bulan, malah bisa termasuk cashless.


Semoga tulisan berseri ini bisa bantu dan memutuskan mau nutup/nerusin unitlink nya. Ketahui cara kerja produknya baik2, kalo cocok sama tujuannya silakan lanjut, nggak cocok ya ngapain terusin?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar