Saya rencana memberikan imunisasi MMR ke anak saya.. yah walaupun deg2an dengan berita2 tentang autisme, tetapi banyak juga yang menyebutkan bahwa imunisasi ini aman.
Nah pertanyaannya... bagi yang anaknya dah dikasih imunisasi MMR, pas umur berapa dikasihnya? Trus bagi yang dikasihnya terlambat (setelah umur 15 bulan,kalo jadwal imunisasi MMR kan dikasih umur 15 bulan), apa pertimbangannya? Soalnya masih perlu banyak cerita positif dulu nih... maklum, kita kan ingin yang terbaik buat anak kita!
Saya sendiri berencana memberikannya setelah berumur 2 tahun, jadi sudah bisa bicara kan.
Mungkin agak terlambat (telat banget malah) tapi di usia Luna yang 10 bulan Mei ini gue harus mulai segera membiasakan dia untuk makan bubur nasi saring atau tim (whatever lah namanya), jadi biar gak keenakan di bubur susu n buah kerok terus (emaknya juga biar jangan terlena, malas2an membuat bubur saring, walah!).
Berhubung si mama Luna masih taraf coba2 dan berdasar ingatan akan cara2 membuat bubur saring untuk keponakannya dulu (bukan gue yg buat lho ya, tapi kakak gw alias emaknya), tahap pertama gue rebus daging cincang buat dijadiin kaldu, trus dari kaldu itu gue tambahin nasi 1 sendok. Jadinya, terlalu kental. Trus gue coba saring (pake saringan plastik). Tapi adouh!!! Lama banget! Akhirnya gue blender aja. Sukses, tapi alhasil nyuci blendernya bikin kegemasan tersendiri, harus disikat2 sampe ke pisau2nya (malas mode.com).
Terakhir si bubur blender itu gue tambahin keju parut gagal (kenapa gagal? karena marutnya bukan pake parutan, tapi pake benda apaan tuh ga tau namanya, hadiah dr kakak gue, permukaannya kasar n rada2 berduri, bolong2... halah... susah amat deh jelasinnya ya!). Karena frustasi, nasi tim campur keju gagal ini dicoba disuapkan ke Luna. Awalnya.. toleh sana toleh sini menghindari sendok. Tp lama2 mau juga. Untung buatnya dikit, gue juga gak mau kali kalo disuruh makan itu! Hehehe...
Hmm.. belajar dari pengalaman ini, besoknya gue masak kaldunya terpisah dengan masak bubur, jadi bikin bubur nasi dulu pake air putih biasa, trus di panci lain rebus daging cincang buat bikin kaldu. Dan... voila! Ternyata nyokap punya toh saringan kawat! Hahaha... berasa dapat lotere gue, gak perlu pake blender lagi (baca: gak perlu nyuci blender). Pertama2 gue saring daging cincang, kemudian gue saring bubur nasi.
Tapi.. ternyata gue bikinnya kebanyakan! Jadi bisa buat 2x makan. Akhirnya gue bagi 2 itu bubur, gue kasih keju remes tangan (masih kesulitan nyari dimana si mama nyimpen parutan keju). Dan hasilnya, Luna maem sangat lahap! Yess!! Berhasil! Pdhal gue sempet ngira Lun gak mau, secara bubur saring ini kan lebih kasar daripada bubur susu.
Jam maem berikutnya, si bubur dah gak terlalu kental. Ternyata gue bagi buburnya kurang imbang antara bubur nasi n air kaldu daging. Jadi di bagian bubur pertama tadi cukup kental, sedangkan bagian keduanya kebanyakan kaldu. Ya sudah deh. Gue tambah keju remas lagi. Kali ini Luna maemnya nggak abis (apa karena gue yg nyuapin ya? Hiks..).
Nah... jadi semangat bikin nasi saring lagi. Kali ini rencananya menggunakan slow cooker yang udah lama mangkrak di tempatnya, karena gue bingung cara pakenya! Haduh banget deh, bener2 mamanya Luna paling bego soal makanan bayi. Masalah resep, yah tinggal bisa2nya gue aja dan mood gue mo bikin kayak gimana. Tinggal siap2 buat bangun extra pagi nyiapin maem Luna tiap hari.. nah kayaknya bagian ini yang terberat deh! Huhu... Lun.. kapan ya kamu besar, biar bisa makan masakannya Oma bareng2 Mama! Hehehe...
Oya... tulungin gw dong gimana caranya bikin nasi tim pake slow cooker ya... n terutama nih, berapa jam harus dicolok. Soalnya gw pernah coba mulai jam 10 malam, eh besoknya airnya dah kering! Ditunggu sharingnya ya!
Akhirnya setelah menimbang2 dengan seksama, terpaksa saya menghapus salah satu teman di list friend Facebook saya, dan juga menarik diri dari keanggotaan di salah satu fan group yang didirikan oleh teman tersebut. Apa sebabnya? Kalau kata nyanyian, it's all about the money...
Ceritanya... teman saya ini (masih kuliah, berumur kurleb 21 tahun) mau pinjam uang. Ya saya pinjami. Jumlahnya pun saya tidak ingat lagi. Oh, iya, teman ini saya anggap adik, yang kebetulan punya kelebihan dibanding saya. Terus beberapa lama kemudian ia ingin meminjam uang lagi. Dan saya pinjami lagi. Juga lagi2 saya tidak ingat jumlahnya berapa.
Lama2 kemudian ia ingin meminjam lagi, dan nominalnya kali ini terasa lumayan besar bagi saya. Saya tidak enak menjawab 'tidak' di SMS, karena saya banyak minta tolong juga padanya. Tetapi untuk menjawab 'iya' pun keuangan saya juga tidak memungkinkan. Banyak keperluan saya, dimana jika ada orang lain yang meminjam dalam jumlah sekian, bagi saya rasanya terus terang cukup mengganggu likuiditas saya. Maka saya acuhkan saya SMS itu. Gimana sih rasanya, jawab 'tidak' rasanya nggak enak, sedangkan bilang 'ya' rasanya lebih nggak enak lagi.
Mama saya heran, kenapa teman ini bolak balik minjam, sebab setahunya orang tuanya cukup berada. Bertanyalah ia kepada seseorang. Dan melalui beberapa tahapan akhirnya semua ini diputuskan diberitahu kepada ibu yang bersangkutan. Saya sendiri nda masalah dengan jumlah uang yang telah dipinjamkan teman ini, totalnya berapa pun saya sudah lupa, juga kapan saja saya transfer. Bagi saya, anggaplah itu bantuan untuk teman, saya nda permasalahkan apakah akan dikembalikan atau tidak, apalagi terpikir untuk menagih, tidak sama sekali. Ikhlas seikhlas2nya.
Yang mengejutkan, minggu lalu saya ditelepon oleh ibu teman saya ini. Dengan suara yang terdengar seperti menahan tangis, si ibu ingin mengembalikan semua uang yang telah dipinjam si anak dari saya, kakak saya dan adik saya. Sang ibu menanyakan nomor rekening saya, dan berulang kali menyatakan sangat malu atas perbuatan anaknya yang menurutnya telah menyusahkan kami.
Saya bingung menghadapinya, karena ibu itu terdengar sangat terpukul, malu dan bingung. Kebetulan sinyal di ruangan saya di kantor nda begitu bagus, suaranya terdengar terbata2. Saya katakan (dengan nada bingung) bahwa hal itu tidak menjadi masalah bagi saya. Terus terang saya bingung menghadapinya.
Akhirnya saya katakan bahwa silakan menghubungi saja mama saya (karena ibu ini berkali2 minta maaf, jengah lho rasanya). Si ibu bertanya, saya ada dimana. Saya bilang saya lagi ada di kantor. Langsung si ibu meminta maaf bertubi2 terbata2 dan menutup teleponnya tanpa sempat saya bilang apa2 lagi.
CATAT: Saya merasa berkata biasa saja, tidak ada nada kesal, marah atau apa, apalagi dengan nada nggak sopan. Juga saya tidak merasa berkata2 apapun yang merendahkan. Hanya bingung saja mau berbuat apa. Karena hal ini akan berhubungan dengan paragraf berikutnya.
Dan yang terakhir ini bikin saya CUKUP KEKI. Seseorang yang MERASA wali dari si anak ini menelepon mama saya, bertanya seperti menginterogasi. Karena dengan pertemuan dengan si anak dan ibunya, dia mendapati fakta bahwa anak ini juga telah meminjam ke beberapa orang selain ke kakak dan adik saya. Dan KATANYA NIH YA... saya telah berkata SECARA TIDAK SOPAN KEPADA IBU SI TEMAN INI sampai ibu tersebut menangis. Ya saya mana tau!
Saya juga bingung, bicara dengan orang yang sambil menangis kepada saya, padahal bagi saya semua itu tidak menjadi masalah. Saya berusaha bicara sebaik2nya, tapi ada seseorang yang tidak tau apa2 tentang masalah ini langsung mengambil kesimpulan bahwa saya telah berkata tidak sopan kepada ibu si teman.
Dan yang lebih keki lagi, dia pake ungkit2 nama orang lain yang tidak ada hubungannya dengan masalah ini, yang kalo dihubungkan dengan mama saya, as if (seolah2) mama saya telah gagal mendidik anak2nya (karena KATANYA saya telah berkata2 tidak sopan kepada anak asuhnya). Juga mengakunya, chatting facebook saya dengan si teman pun diungkit pula, dimana hal itu tidak ada hubungannya. BENER2 KETERLALUAN!
Saya jadi malas berhubungan dengan si teman. Alih2 meluruskan masalah ke ibunya bahwa saya memang telah membantunya, dan juga menjelaskan kepada walinya kejadian yang sebenarnya, malah beliau (yang saya pantau sejauh ini) diam saja tidak bergeming. Saya malas berkata seperti ini, tapi bukankah saya telah membantunya dengan ikhlas? Tanpa mengharap dikembalikan.
Perkara saya tidak punya uang untuk dipinjami, memang demikian adanya. Saya juga punya banyak keperluan lainnya. Saya bukan orang yang berkecukupan sekali untuk bisa terus2an dipinjami. Bahkan sebenarnya saya perlu pinjaman juga tapi selama saya masih bisa berjuang sendiri, akan saya usahakan.
Hanya Tuhan yang tahu yang sebenarnya. Sejauh ini saya merasa saya masih bisa untuk tidak mengungkit2 hal tersebut. Tapi rasanya susah juga, secara saya merasa telah disudutkan (dalam posisi saya sebagai pemberi pinjaman, nilai saja sendiri bagaimana!). Yang minjami (baca: ngasih pertolongan) kok malah dihakimi. Disebut2 macam2lah, apalagi sama si orang sok tau, yang dengan entengnya bilang saya nggak sopan ngomongnya. Saya pengen tau, sungguh, apakah nanti anak2nya bisa sukses lebih dari kami? Serius! Yang saya tau malah, selalu berbuat baik pun cobaannya banyak, apalagi kalo bermulut tajam dan suka berkata tidak benar.
Legaa... Itulah perasaan gue waktu tadi gue telpon RSB YPK menanyakan tentang periksa papsmear, karena gue berencana melakukannya bulan depan. Apa yang dilegakan? Karena untuk periksa papsmear ini dapat melalui 2 jalur, periksa oleh dokter atau periksa oleh bidan. Kalau periksa oleh dokter ditambah biaya dokter Rp. 100.000. Periksa oleh bidan cuma nambah Rp. 30.000. Biaya papsmear ini sendiri harganya Rp. 150.000.
Artinya? Yaa... gue gak perlu periksa papsmear sama dokter, gitu lho!! Hohoho... bukan apa2, tp terus terang aja sampai sekarang gue belum pernah tuh yg namanya periksa onderdil oleh dokter. Pas mau melahirkan periksa bukaannya pun sama bidan. Dokter cuma pegang pas operasi aja. Selama kontrol kehamilan, USG nya pun lewat perut, bukan trans V. Enak kan? Hehehe...
Ngapain gue mau papsmear segala? Menurut gue penting ya. Karena bisa diketahui apakah ada bakat kanker serviks atau bukan. Ini gue lakukan karena gue mau imunisasi HPV. Dan karena untuk HPV ini bagi yang sudah menikah harus papsmear dulu, maka gue pun merencanakan papsmear ini.
Udah lama banget ya gue gak bertugas keluar kantor, apalagi keluar kota. Dan akhirnya minggu lalu untuk pertama kalinya gue ikut kegiatan ke luar kota, deket sih, cuma di Bogor. Menginap 1 malam. Yang artinya meninggalkan Luna sendiri di rumah sama pekak-oma. Untuk ini gue sepenuhnya percaya sama perawatan ortu gw, kesejahteraan Luna pasti terjamin penuh. Cuma ini pertama kalinya gue jauh dari Luna, walau cuma sehari. jadi gue bolak balik telp rumah gmn Luna, alhasil gw diomelin nyokap gw. Ktnya nanti Luna rewel, ga bisa tidur. Pokoknya cuma dibilang, udah maem, udah minum, udah mandi, pupi, main, dll, trus dia bobo sama bokap gw, tenang, anteng, tanpa rewel. Ya udah. Besoknya gw pulang, ngeliat cengiran khasnya, seperti biasa gw cuci tangan, ganti baju dulu, baru gendong. Nah, abis itu dia mainan seperti biasa.
Sekarang kantor gw ada gawean WOC 2009 di Manado. Seperti biasa tim Humas Kesra pasti stand by di sana. Dulu waktu UNFCCC di Bali tahun 2007 akhir juga tim Humas Kesra terjun ke sana. Dimana untuk gawean besar2 begini ataupun yg skala kecil seperti kunjungan kerja Menko Kesra ke daerah2, udah nggak gue ikuti lagi sejak gw hamil. Terakhir kali gue ikut kegiatan seperti ini yaotu waktu kunjungan Menko ke Nias bulan November 2007 awal, pulang hari (dlm arti berangkat pagi pulang sore). Kalo yg nginep2 dah sama sekali nggak.
Padahal sebelum gw married rata2 sebulan sekali pasti gue jalan lho. Ada 3-4 kegiatan pencanangan PNPM di daerah2 yg gue ikuti, seperti di Kebumen, Lampung, Kupang, dan yang dibuka langsung oleh Presiden SBY di Palu, bulan April 2007. Juga kunjungan ke Buyat, Padang, dan rapat kerja di Bali (ini nih sekali2nya gue ke Bali sebagai wisatawan, bukan pulang kampung, hehehe).
Udah lama gak keliling daerah begitu, rasanya kangen juga ikut2 kunjungan kerja begini. Seru lho. Banyak pengalaman menarik yang didapat. Seperti misalnya gimana susahnya nyari hotel yang nyaman selama di Palu dlm rangka PNPM, krn Presiden ke Palu itu bukan cuma meresmikan PNPM saja, tapi juga dibarengi meresmikan jembatan, bendungan, dan acara lain2 dari instansi lain, jadi bisa dibayangkan betapa riwehnya nyari hotel, yg minimal bisa dipakai buat sekedar istirahat saja, boro2 yg ada fasilitas ini-itu, krn dari masing2 instansi itu juga mengirimkan awaknya ke Palu.
Kepengen juga jalan2 lagi, sekarang memang harus ditahan2 kangennya (seperti artis yg kangen main sinetron lg setelah habis punya anak), karena Luna masih kecil, gue masih berat ninggalin dia tugas keluar kota. Kalo bisa dibawa sih lain soal. Tapi gue masih belum bisa lama2 meninggalkan anak gw, walaupun dia di rumah terjamin. Kayaknya nggak seru kalo sehari gak ketemu Luna. Uhukk... Anakku sayang, Mama nggak bisa pergi2 jauh soalnya Mama sayang sama Luna, biar kata tiap malam bisa dikata 2-3x bangun buat bikinin kamu susu, tapi Mama lebih suka di samping kamu saat kamu bangun pagi dibanding bangun di kamar hotel tp nggak ada kamu.