Setelah sekian lama tertunda, akhirnya gw sempatkan menulis bagian terakhir dari pengamalam gw punya asuransi sekaligus investasi alias unitlink, karena gw pernah punya 3 unitlink dan yang terakhir ini adalah yg terakhir gw bikin, tahun 2011 (2 lainnya gw bikin hampir bersamaan tahun 2009).
Sudah tau kan gimana gak optimalnya asuransi unitlink. Udah banyak sumber deh yg nulis. Ada yg setuju dan ada juga yg nggak. Buat gw sih tergantung pribadi masing2, ada yg merasa terbantu, nggak ribet karena selain proteksi juga dapat investasi. Ada juga yg merasa rugi karena ternyata ilustrasi tidak seindah kenyataan. Gw termasuk yang merasakan hal yang terakhir, makanya gw tutup kan. Klo gw msh merasa butuh ya ngapain juga gw tutup, gitu deh...
Gw kan udah pernah cerita di Bagian 1 dan Bagian 2 alasan2 gw mempunyai asuransi unitlink. Di postingan sebelumnya gw memberi judul Asuransi Pendidikan, karena keduanya gw buat utk tujuan menyiapkan dana pendidikan anak pertama gw Luna. Sedangkan yg ini, tujuan awalnya adalah untuk asuransi kesehatan Luna. Lho emang di asuransi unitlink yg sblmnya Luna nggak dicover? Ternyata enggak! Dan gw baru tau stlh baca polisnya (which is dikasih ke gw setelah masa dimana pemegang polis masih bisa membatalkan keikutsertaan dalam asuransi), udah terlanjur brarti gw tercatat sbg pemegang polis, yo wis lah. Polis asuransi pertama itu gw buat di agen asuransi yang merupakan kenalan SANGAT baik keluarga gw. Demikian pula asuransi unitlink ketiga gw ini.
Sebenernya gw gak bermaksud membuat asuransi lagi. Awalnya gw kemukakan ke agennya bhw gw ingin revisi polis supaya Luna bisa dimasukkan sebagai tertanggung di rider asuransi kesehatannya. Gw ulang lagi rincian polis pertama gw deh.
Nama pemegang polis: gue
Nama tertanggung jiwa: gue
Uang pertanggungan jiwa: Rp. 100 juta
Asuransi rider: waiver premi dan asuransi kesehatan dengan sistem reimbursement tarif kamar Rp. 500rb/hari
Premi bulanan: Rp. 400rb, dimana alokasi asuransi Rp. 300rb dan alokasi investasi Rp. 100rb.
Agen gw pun menghitung2 ulang, dan katanya daripada revisi polis, kan sayang krn uang investasinya udah kebentuk, mendingan BIKIN lagi aja asuransi baru! Lalu dg cepat dia membuat skema ilustrasi. Ternyata didapat premi yang harus dibayar per bulan Rp. 400rb untuk asuransi kesehatan Luna.
Sebenernya gw udah agak berat, krn gw dah punya 2 asuransi sebelumnya, dimana masing2 gw harus menyisihkan Rp. 400rb dan Rp. 350rb per bulan, masa nambah lagi Rp. 400rb, berarti bisa diatas 1jt per bulan dong. Tapi agen gw meyakinkan gw, bahwa gw akan dapat rejeki lbh banyak lagi sehingga bisa bayar premi semua asuransi itu. Saat itu awal tahun 2011, dimana asuransi unitlink pertama gw ulang tahun polisnya tiap tanggal 17 Januari. Dan saat itu gw belum tau kalo gw hamil lagi (hitungannya masih hamil muda 1 bulan).
Akhirnya gw setuju untuk membuat asuransi kesehatan khusus buat Luna. Lagi2 gw gak tau kalo ini jenisnya unitlink, saat itu gw mana tau asuransi itu macam2 jenisnya. Gambaran polisnya adalah sebagai berikut:
Nama pemegang polis: gw
Nama tertanggung jiwa: Luna
Uang pertanggungan jiwa: Rp. 75 juta
Asuransi rider: asuransi kesehatan dengan sistem reimbursement tarif kamar Rp. 750rb/hari
Premi semesteran: Rp. 2,4 juta alias Rp. 400rb per bulan, tapi dibayar per semesteran atau 6 bulan sekali
Alokasi premi untuk asuransi Rp. 2jt dan alokasi untuk investasi Rp. 400rb (jadi Rp. 800rb per tahun untuk investasi alias sebulan cuma 66 ribuan)
Alokasi investasi 100% ke Equity, tapi ditempatkan ke dalam 4 efek equity (saham) yg berbeda2 yg diterbitkan oleh asuransi tersebut. Jadi masing2 sebesar 25%.
jadi kalo disetahunkan gw membayar premi untuk asuransi kesehatan Luna sebanyak Rp. 4,8jt dengan alokasi premi untuk asuransi Rp. 4jt dan alokasi untuk investasi Rp. 800rb.
Gw menutup polis ini bulan Juli 2012, berarti gw udah sempet bayar premi 3x. Total jumlah premi yang udah dibayar sejak buka polis sampai nutup adalah:
- Total premi dibayar: Rp. 7,2jt
- Total premi untuk alokasi asuransi: Rp. 5,2jt
- Total premi untuk alokasi investasi: Rp. 2jt
Karena gw nutup asuransi sebelum usianya 3 tahun, maka sesuai aturan (aturan darimana, gw jg gak tau, tp tercantum di polisnya sih), maka nilai investasi yang bisa ditarik harus dikurangi semacam pajak atau denda atau apalah namanya. Berdasarkan perhitungan seharusnya nilai tunai yg bisa gw dapatkan MINIMAL Rp. 2jt (jangan berharap asuransi ditutup maka seluruh uang Rp. 7,2jt itu akan balik ya, ntar perusahaan asuransinya idup dari mana dong tiap nasabah nutup polis dan gak pernah klaim minta premi dibalikin 100%, itu mimpi alias mustahil). Nyatanya gw hanya mendapatkan nilai tunai sebesar Rp. 1.129.342! Jadi selisihnya aja Rp. 870.658.
Rugi dong? Iyalah.. dari premi untuk alokasi investasi aja udah rugi bandar. Apalagi dari total premi yg udah dibayar. Katanya klo lebih dari 5 tahun unitlink bisa untung. Eits, kata siapa itu? Gw udah bikin simulasinya, selama 10 tahun pembayaran dan setelah selesai pembayaran pun gak akan pernah untung. Kalo untung itupun dikit banget gak sampe puluhan juta, itupun sebenernya kita udah rugi besar di WAKTU yang kebuang sia2 dan gak bisa balik lagi jika kita memisahkan antara proteksi dan investasi. Sayang banget yah. Yg seperti ini nih yg banyak orang gak tau. Asuransi itu pada dasarnya harus BAYAR premi, diklaim ataupun tidak diklaim, namanya juga kita beli proteksi, masa gratis sih, BPJS aja bayar premi perlindungan.
Terus dari kesalahan2 ini apa aja yg udah gw pelajari? Banyak! Salah satunya yg paling fatal banget, di polis unitlink ketiga ini tercantum bahwa nama tertanggung jiwa adalah Luna. Pdhal Luna bukan pencari nafkah, dan juga asal tau aja, kalo anak kecil dijadikan tertanggung jiwa, jika suatu saat terjadi kejadian meninggal dunia, maka uang pertanggungan yang dibayarkan tidak mencapai 100% lho. Jadi di polis ini uang pertanggungan Luna 75jt, klo terjadi meninggal dunia maka ahli waris tidak mendapat Rp. 75 juta, namun sekian persen (gw juga lupa brp, klo gak salah 50%). Miris kan? Anak kecil bukan pencari nafkah utama dijadikan tertanggung jiwa, bayar preminya full, kalo ada apa2 uang pertanggungannya nggak full krn dianggap anak kecil tidak memiliki tanggungan secara ekonomi. Lah itu aturannya gitu, trus kenapa ya banyak perusahaan asuransi yang jualan unitlink malah jor2an menjadikan anak sebagai tertanggung jiwa? Tanya deh kenapa, karena kita2 ini masih bodoh soal finansial dan cara kerja produk keuangan.
Gw buka asuransi ini bulan Februari, lalu bulan April gw baru tau kalo asuransi ginian namanya unitlink, gimana gak lemes gw! Mana agennya teman baik keluarga pula... bayangin aja 13,5jt setahun (alias lebih dari 1jt sebulan) hanya untuk bayar asuransi, yg selain nilai pertanggungannya nggak cukup, pun hasil investasinya tetap nggak akan cukup untuk biaya pendidikan Luna aja, dan pertanggungan kesehatan pun hanya untuk gw dan Luna, bukan sekeluarga. Gimana kalo gw punya anak lagi, masa bayar lagi 400rb sebulan, brarti bayar 1,5jt sebulan utk asuransi doang dong, gila! Gaji gw aja gak gede2 amat. Atau kasarnya, masa utk bayar pertanggungan yg diperlukan (kesehatan) gw juga harus bayar pertanggungan yg tdk diperlukan (khususnya utk anak2) yaitu jiwa, sebesar Rp. 400rb-500rb per bulan, klo sekeluarga ada 4 orang berarti bayar 2 juta saja dong buat asuransi, yg nilai pertanggungannya pas2an gitu.
Mudah2an gw sempet nulis tentang caranya gimana menyiapkan biaya pendidikan anak yang murah dan efisien, tentunya sesuai dengan kondisi gw, karena disini sifatnya hanya berbagi pengalaman. Kalo untuk lebih jelas tentunya tanya saja ke perencana keuangan, jadi kliennya. Oh iya, klo yg mau tau tarif jasa perencana keuangan independen, kelihatannya mahal pdhal sebenernya nggak lho, krn benefitnya lebih dari itu dan efeknya jangka panjang. Hitungannya tergantung aset lancar kita, dengan besaran harga variasi, ada yg dengan kontrak pendampingan setahun, 6 bulan atau cuma financial plan biasa saja tanpa review dan pendampingan. Kalo cuma mau bikin plan biasa saja tanpa review, ikuti saja kursus2 yg diadakan oleh perencana keuangan independen, ya harganya memang segitu, tapi kalo ikut kursus kan kita jadi bisa hitung sendiri kebutuhan kita.
Bagi yang tetep pengen terusin unitlink nya juga silakan aja, kalo merasa terbantu, misalnya untuk asuransi kesehatannya aja. Tapi please deh, penting diingat, kalo dalam polisnya tercantum nama pertanggungan jiwa adalah nama anak, itu artinya lo rugi bandar! Kalo emang gak mau repot, bikinlah atas nama pencari nafkah trus ambil rider asuransi kesehatan yg bisa mencakup 1 keluarga. Biaya lebih murah. Walau menurut gw pribadi tetep lebih murah asuransi jiwa murni+rider asuransi kesehatan yang bisa mengcover seluruh anggota keluarga, dengan tertanggung jiwa utama atas nama pencari nafkah. Misalnya bapak bekerja umur 30thnan dengan 1 istri dan 3 anak, biaya asuransinya saja paling banter semahal2nya 1 juta sebulan, mungkin gak sampai malah. Ini asuransi jiwa murni untuk si bapak ditambah asuransi kesehatan untuk sekeluarga lho, dengan biaya kamar RS Rp. 500rb per bulan, malah bisa termasuk cashless.
Semoga tulisan berseri ini bisa bantu dan memutuskan mau nutup/nerusin unitlink nya. Ketahui cara kerja produknya baik2, kalo cocok sama tujuannya silakan lanjut, nggak cocok ya ngapain terusin?
Selasa, 21 Januari 2014
Minggu, 19 Januari 2014
Cara Investasi Reksadana (yang bener dan sesuai peraturan!)
Gara2 kemarin di timeline twitter gw rame ttg investasi reksadana melalui jasa titip, gw jadi ikut2an gerah bikin tulisan di blog. Jarang2 nih gw nulis, sekalinya nulis serius banget. Karena ini persoalan serius! Gw adalah investor reksadana yang masih terhitung baru, sejak 2011, dan sampai saat ini gw masih terus belajar dan belajar. Sumber acuan gw rata2 dari blog dan twitternya para independent financial planner seperti Aidil Akbar, Lisa Sumarto, Ligwina Hananto, Prita Ghozie, dan lainnya. Juga ada beberapa teman gw yg pernah belajar langsung sama mereka (walau akhirnya tahun 2013 gw juga belajar langsung dari mereka dengan ikut trainingnya). Gak melulu tentang reksadana, tapi intinya adalah belajar pengelolaan keuangan, minimal skala pribadi dulu. Karena ternyata pengetahuan tentang pengelolaan dan perencanaan keuangan itu WAJIB diketahui oleh SEMUA orang, bukan cuma lulusan ekonomi doang, bukan cuma orang2 yang kerja di industri finansial doang. Ibu rumah tangga, pelajar, mahasiswa, karyawan, bahkan pekerja informal wajib tau ttg pengelolaan keuangan yg baik, sebab ini cikal bakal Indonesia sejahtera. Bukan cuma melulu hanya untuk orang yg duitnya kelebihan, juga bahkan wajib untuk orang2 yg ngakunya penghasilannya selalu gak cukup setiap bulan.
Oke, kalo dibahas tentang perencanaan keuangan secara lebih luas maka tulisan ini akan bisa ngalor ngidul kemana-mana. Sekarang topiknya tentang reksadana dan seorang yang katanya sih terkenal, religius, yang menawarkan pembelian reksadana secara titip dengan pembagian 70:30. Ok..gw manggut2 melihatnya. Eh salah. Gw melongo kayak orang dongo membacanya. Gak salah nih??
Reksadana adalah SALAH SATU produk investasi yang bisa dimiliki dengan modal minim, bahkan cuma 100 ribu sekalipun. Salah satu ya, berarti investasi itu gak cuma lewat reksadana, bisa aja dengan cara beli emas perhiasan, logam mulia, properti, tanah, usaha kos2an, obligasi, saham, surat berharga dan usaha. Oh iya krn pengetahuan gw minim jadi gw menjelaskan dg bahasa gw aja ya.
Nah kalo bentuk investasi kan pasti perlu modal lumayan besar tuh. Beli logam mulia 1 gram (500 ribu) cuma bisa di kantor pusat Antam krn kalo di toko emas biasa udah pasti susah nyarinya. Beli properti apalagi, modalnya harus ratusan bahkan miliaran. Gak usah percaya dg kata2 yg bilang beli properti tanpa utang atau perlu duit cuma dikit, itu cuma ilusi dan khayalan aja, kalopun bener pasti ngelanggar aturan.
Sekali lagi, reksadana bisa dibeli dengan uang 100 ribu doang. Wah asyik dong. Emang asyik. Gw waktu baru pertama kali tau tentang reksadana aja nyesel bgt kenapa baru tau produk ini tahun 2011, itu pas gw lagi hamil anak kedua. Padahal reksadana udah ada di Indonesia sejak gw SMA-kuliah, yaitu tahun 1995an gitu. Tapi saat itu mungkin RD hanya dijual ke pemilik dana yg banyaknya sealaihim gitu, istilahnya sekarang nasabah prioritas, yang isi rekeningnya bisa miliaran. Gw juga gak tau mulai tahun berapa RD bisa dijual secara ketengan dengan jumlah cuma ratus ribu aja, mungkin sekitar tahun 2000an. Maaf ya, gak bantu :) googling sendiri aja deh.
Reksadana ada 4 jenis:
1. Reksadana saham, isinya kumpulan saham2 yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Return nya paling tinggi, tapi resikonya juga gede banget. Makanya disarankan hanya dipake untuk tujuan jangka panjang, klo profil resiko kamu adalah tipe yg ngeri dg duit yg nilainya turun, disarankan dipake diatas 10 tahun, misalnya buat biaya anak masuk kuliah, dana pensiun.
2. Reksadana campuran, isinya sebagian kumpulan saham2 dan juga kumpulan obligasi, yaitu surat utang. Return lebih dikit dan resikonya juga lebih rendah dari reksadana saham.
3. Reksadana pendapatan tetap, isinya banyakan obligasi swasta ataupun pemerintah. Resiko dan return lebih rendah lagi dari reksadana campuran.
4. Reksadana pasar uang, isinya instrumen investasi pasar uang kayak deposito, dengan jatuh tempo dibawah 1 tahun. Ini resikonya rendah banget, karena itu return nya mirip sama tabungan atau deposito, beda tipis deh, paling cuma beda 1-2% aja. Cocok dipake buat tujuan 1-2 tahun untuk yg profil resikonya konservatif alias suka parnoan kalo duitnya berkurang banyak. Tapi inget ya untuk dipake dengan jangka waktu sependek mungkin. Mungkin cocok kalo tujuannya buat biaya kawin tahun depan, buat DP beli rumah/mobil 1-2 tahun lagi, buat ngumpulin dana liburan keluar negeri tahun depan, atau biaya umroh 1-2 tahun depan. Pokoknya yg jangka waktunya pendek2 gitu deh.
Perhatian sekali lagi! Karena gw masih cupu jelasin tentang teori, mending cari referensi tentang reksadana di sumber lain. Saran gw, pergi ke www.infovesta.com, www.portalreksadana.com, www.aidilakbar.com, www.qmfinancial.com, dan lainnya. Inget, jangan cari di website punya agen asuransi, apalagi orang yg ngaku2 pakar itu hehehe... Itu sumber kredibel. Bisa juga sih di web yg udah tau pasti penulisnya punya sertifikat Wakil Agen Penjual Efek Reksadana (WAPERD). Selain itu, skip aja deh...
Cara beli reksadana. Nah ini dia. Sebenernya banyak bank yang jualan reksadana. Misalnya BCA, Mandiri, BNI, BRI, Commonwealth, Citibank, HSBC, Niaga, dll. Tapi sependek pengetahuan gw sampai saat ini, dan ini juga berdasarkan pengalaman gw, bank yang memasarkan reksadana dengan modal secuil cuma ratus ribu kayak kita2 ini dan dijual ke nasabah ritel, bukan nasabah prioritas itu Bank Mandiri dan Commonwealth Bank. Gw tidak dibayar sama kedua bank tersebut, tapi gw punya rekening pembelian reksadana di kedua bank itu.
Selain lewat bank, reksadana juga bisa dibeli di kantor Manajer Investasi (MI). Apa itu MI? MI adalah penerbit reksadana. MI ini banyak banget, sama aja kayak bank yang banyak banget. Ada Manulife Asset (bukan Manulife Asuransi ya), Mandiri Investasi, Schroder Investment, BNP Paribas, Panin Asset, Bahana, Batavia, Danareksa, dll. Untuk lebih lengkap silakan cek lagi di www.infovesta.com, disana ada berbagai macam2 nama reksadana, dari situ aja udah ketauan siapa MI penerbit reksadananya. Sebagai contoh, gw beli reksadana lewat MI langsung yaitu reksadana dari Panin Asset, karena MI ini gak ada kerjasama dengan bank2 dimana gw punya rekening reksadana.
Jadi langkah2 beli reksadana adalah sebagai berikut:
1. Tentukan tujuan investasi reksadana (buat ngumpulin biaya kawin, buat ngumpulin biaya sekolah anak, buat ngumpulin dana pensiun)
2. Tentukan kapan uang yang diinvestasikan itu mau dipake. Jangka pendek, menengah, panjang. Beda waktu, beda juga reksadana yang dibeli. Gak bisa asal beli aja.
3. Ketahui profil resiko. Biasanya waktu kita mau beli reksadana, akan disuruh isi kuesioner jadi kita bisa tau profil resiko kita apaan. Apakah konservatif, moderat, agresif. Beda profil bisa beda produk.
4. Punya KTP.
5. Umur minimal 21 tahun.
6. Punya NPWP. Ini sering jadi pertanyaan, gimana kalo belum punya NPWP. Bikinlah, kan gampang! Tapi sebenernya bisa juga, misalnya masih mahasiswa belum punya penghasilan, pake aja NPWP orangtua. Nanti harus melampirkan KK yang menyatakan bahwa masih 1 domisili sama pemilik NPWP dan mengisi formulir pernyataan tidak punya NPWP. Atau ibu rumah tangga bisa pake NPWP suaminya, kan di KK udah pasti tertera nama suami dan istri.
(Update: keponakan gw yg msh di bawah umur akhirnya juga investasi reksadana, dan mrk gak pake NPWP. Katanya MI Panin dimana mereka beli, aturan terbaru gak mencantumkan syarat NPWP utk beli reksadana)
7. Punya duitnya dong!
Setiap reksadana itu diterbitkan oleh MI. Udah paham dong. Nah MI itu wajib memuat prospektus dari sebuah RD. Apa itu prospektus? Prospektus adalah dokumen yang memuat segala sesuatu tentang RD tersebut. Misalnya Panin Asset Management (PAM), sebuah MI menerbitkan reksadana saham yang namanya Panin Dana Maksima (PDM). Maka PAM harus memuat prospektus mengenai PDM di websitenya, umumnya berupa PDF file. Di prospektus dicantumkan apa komposisi dari PDM, berapa jumlah minimal setoran awal, berapa jumlah minimal pembelian selanjutnya, baik berupa pembelian berkala maupun yang tidak berkala, berapa besar subscription fee (biaya pembelian), berapa besar redemption fee (biaya penjualan, biasanya dikenakan jika umur pembelian dari sejak pertama belum 1 tahun), siapa bank kustodiannya (bank yang menampung dana pembeli RDS PDM), siapa nama pengelola investasinya, latar belakang masing2 personil pengelola investasi, dan sebagainya.
Karena gw memakai contoh produk reksadana saham Panin Dana Maksima, jadi gw analogikan begini aja ya. Jumlah minimal pembelian perdana PDM adalah sebesar 250 ribu. Cukup murah kan? Dengan subs fee sebesar 2% jadi dibutuhkan dana sebesar 255 ribu untuk mulai berinvestasi reksadana. Gak besar kan? Pembelian selanjutnya bisa dimulai senilai 250 ribu. Malah jika melakukan pembelian berkala, subs fee hanya sebesar 1%. Tidak ada biaya admin 200 ribu! Tidak perlu bagi2 hasil dengan skema 70:30 seperti yang diumumkan si pakar kucing reksadana! Semua uang dan hasil investasi ini 100% milik kita! Dan minimal pembelian pertama kali pun hanya 250 ribu, bukan 2 juta apalagi 20 juta! Coba, mirip kan dengan kita buka rekening bank di Bank Mandiri, yang bahkan harus memasukkan dana sebesar Rp. 500 ribu.
Lho, katanya reksadana bisa dimulai dengan biaya 100 ribu? Memang. Ini tergantung produk reksadananya. Karena contoh yg gw pake dalam hal ini PDM mensyaratkan pembelian 250 ribu, itu tercantum dalam prospektus. Lalu mana yang bisa mulai 100 ribu doang? Silakan intip di website Commonwealth Bank di bagian sini. Ini adalah bank supermarket reksadana, disana jual segala macam reksadana berbagai jenis dan merk. Nah disitu tertera lengkap reksadana jenis apa, berapa minimal pembelian awal, berapa minimal kalo autodebet bulanan. Ada kan yang 100 ribu? Memang sih untuk pembelian awal nggak ada yg 100 ribu. Tapi untuk investasi bulanan ada lho. Eng ing eng... Tapi sekali lagi, sebelum memutuskan akan beli reksadana yang mana, cocokkan dulu dengan profil resikonya ya, dan juga jangka waktu mau berapa lama investasinya, lihat prospektusnya, dan lebih baik lagi kalo intip kinerjanya, bisa dilihat di Bloomberg, Infovesta, Kontan, Bisnis Indonesia. Jadi gak mutung kalo hasil investasi beda dengan proyeksi.
Ingat ya, reksadana itu produk investasi, artinya bisa untung bisa rugi. Nggak dijamin LPS, nggak bakal ada yg namanya lembaga penjamin hasil investasi. Kenali, pahami caranya berinvestasi. Seperti slogan di logo reksadana, Pahami, Nikmati. Rajin baca kesana kemari. Dan putusan untuk investasi dengan segala resikonya merupakan tanggung jawab pribadi sendiri. Gak usah pake titip2 beli reksadana! Itu analoginya sama aja kayak lo nitipin duit gaji lo ditransfer ke rekening orang lain, dan tiap bulan dia tinggal ngasih duit ke lo sesuai permintaan lo, tapi dia minta fee 30% atas pengelolaan duit lo. Gak mau kan? Duit milik sendiri kok dititip ke orang lain yang bukan siapa2, bank aja cuma ngutip admin fee 12rb sebulan buat pelihara rekening dan ATM lo.
Update:
Ini semua pengalaman gw investasi reksadana di beberapa tempat sbb
Beli reksadana di Bank Mandiri, sini
Beli reksadana di Bank Commonwealth, sini
Beli reksadana Panin Asset Management, sini
Beli reksadana SAM Aset Manajemen, sini
Oke, kalo dibahas tentang perencanaan keuangan secara lebih luas maka tulisan ini akan bisa ngalor ngidul kemana-mana. Sekarang topiknya tentang reksadana dan seorang yang katanya sih terkenal, religius, yang menawarkan pembelian reksadana secara titip dengan pembagian 70:30. Ok..gw manggut2 melihatnya. Eh salah. Gw melongo kayak orang dongo membacanya. Gak salah nih??
Reksadana adalah SALAH SATU produk investasi yang bisa dimiliki dengan modal minim, bahkan cuma 100 ribu sekalipun. Salah satu ya, berarti investasi itu gak cuma lewat reksadana, bisa aja dengan cara beli emas perhiasan, logam mulia, properti, tanah, usaha kos2an, obligasi, saham, surat berharga dan usaha. Oh iya krn pengetahuan gw minim jadi gw menjelaskan dg bahasa gw aja ya.
Nah kalo bentuk investasi kan pasti perlu modal lumayan besar tuh. Beli logam mulia 1 gram (500 ribu) cuma bisa di kantor pusat Antam krn kalo di toko emas biasa udah pasti susah nyarinya. Beli properti apalagi, modalnya harus ratusan bahkan miliaran. Gak usah percaya dg kata2 yg bilang beli properti tanpa utang atau perlu duit cuma dikit, itu cuma ilusi dan khayalan aja, kalopun bener pasti ngelanggar aturan.
Sekali lagi, reksadana bisa dibeli dengan uang 100 ribu doang. Wah asyik dong. Emang asyik. Gw waktu baru pertama kali tau tentang reksadana aja nyesel bgt kenapa baru tau produk ini tahun 2011, itu pas gw lagi hamil anak kedua. Padahal reksadana udah ada di Indonesia sejak gw SMA-kuliah, yaitu tahun 1995an gitu. Tapi saat itu mungkin RD hanya dijual ke pemilik dana yg banyaknya sealaihim gitu, istilahnya sekarang nasabah prioritas, yang isi rekeningnya bisa miliaran. Gw juga gak tau mulai tahun berapa RD bisa dijual secara ketengan dengan jumlah cuma ratus ribu aja, mungkin sekitar tahun 2000an. Maaf ya, gak bantu :) googling sendiri aja deh.
Reksadana ada 4 jenis:
1. Reksadana saham, isinya kumpulan saham2 yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Return nya paling tinggi, tapi resikonya juga gede banget. Makanya disarankan hanya dipake untuk tujuan jangka panjang, klo profil resiko kamu adalah tipe yg ngeri dg duit yg nilainya turun, disarankan dipake diatas 10 tahun, misalnya buat biaya anak masuk kuliah, dana pensiun.
2. Reksadana campuran, isinya sebagian kumpulan saham2 dan juga kumpulan obligasi, yaitu surat utang. Return lebih dikit dan resikonya juga lebih rendah dari reksadana saham.
3. Reksadana pendapatan tetap, isinya banyakan obligasi swasta ataupun pemerintah. Resiko dan return lebih rendah lagi dari reksadana campuran.
4. Reksadana pasar uang, isinya instrumen investasi pasar uang kayak deposito, dengan jatuh tempo dibawah 1 tahun. Ini resikonya rendah banget, karena itu return nya mirip sama tabungan atau deposito, beda tipis deh, paling cuma beda 1-2% aja. Cocok dipake buat tujuan 1-2 tahun untuk yg profil resikonya konservatif alias suka parnoan kalo duitnya berkurang banyak. Tapi inget ya untuk dipake dengan jangka waktu sependek mungkin. Mungkin cocok kalo tujuannya buat biaya kawin tahun depan, buat DP beli rumah/mobil 1-2 tahun lagi, buat ngumpulin dana liburan keluar negeri tahun depan, atau biaya umroh 1-2 tahun depan. Pokoknya yg jangka waktunya pendek2 gitu deh.
Perhatian sekali lagi! Karena gw masih cupu jelasin tentang teori, mending cari referensi tentang reksadana di sumber lain. Saran gw, pergi ke www.infovesta.com, www.portalreksadana.com, www.aidilakbar.com, www.qmfinancial.com, dan lainnya. Inget, jangan cari di website punya agen asuransi, apalagi orang yg ngaku2 pakar itu hehehe... Itu sumber kredibel. Bisa juga sih di web yg udah tau pasti penulisnya punya sertifikat Wakil Agen Penjual Efek Reksadana (WAPERD). Selain itu, skip aja deh...
Cara beli reksadana. Nah ini dia. Sebenernya banyak bank yang jualan reksadana. Misalnya BCA, Mandiri, BNI, BRI, Commonwealth, Citibank, HSBC, Niaga, dll. Tapi sependek pengetahuan gw sampai saat ini, dan ini juga berdasarkan pengalaman gw, bank yang memasarkan reksadana dengan modal secuil cuma ratus ribu kayak kita2 ini dan dijual ke nasabah ritel, bukan nasabah prioritas itu Bank Mandiri dan Commonwealth Bank. Gw tidak dibayar sama kedua bank tersebut, tapi gw punya rekening pembelian reksadana di kedua bank itu.
Selain lewat bank, reksadana juga bisa dibeli di kantor Manajer Investasi (MI). Apa itu MI? MI adalah penerbit reksadana. MI ini banyak banget, sama aja kayak bank yang banyak banget. Ada Manulife Asset (bukan Manulife Asuransi ya), Mandiri Investasi, Schroder Investment, BNP Paribas, Panin Asset, Bahana, Batavia, Danareksa, dll. Untuk lebih lengkap silakan cek lagi di www.infovesta.com, disana ada berbagai macam2 nama reksadana, dari situ aja udah ketauan siapa MI penerbit reksadananya. Sebagai contoh, gw beli reksadana lewat MI langsung yaitu reksadana dari Panin Asset, karena MI ini gak ada kerjasama dengan bank2 dimana gw punya rekening reksadana.
Jadi langkah2 beli reksadana adalah sebagai berikut:
1. Tentukan tujuan investasi reksadana (buat ngumpulin biaya kawin, buat ngumpulin biaya sekolah anak, buat ngumpulin dana pensiun)
2. Tentukan kapan uang yang diinvestasikan itu mau dipake. Jangka pendek, menengah, panjang. Beda waktu, beda juga reksadana yang dibeli. Gak bisa asal beli aja.
3. Ketahui profil resiko. Biasanya waktu kita mau beli reksadana, akan disuruh isi kuesioner jadi kita bisa tau profil resiko kita apaan. Apakah konservatif, moderat, agresif. Beda profil bisa beda produk.
4. Punya KTP.
5. Umur minimal 21 tahun.
6. Punya NPWP. Ini sering jadi pertanyaan, gimana kalo belum punya NPWP. Bikinlah, kan gampang! Tapi sebenernya bisa juga, misalnya masih mahasiswa belum punya penghasilan, pake aja NPWP orangtua. Nanti harus melampirkan KK yang menyatakan bahwa masih 1 domisili sama pemilik NPWP dan mengisi formulir pernyataan tidak punya NPWP. Atau ibu rumah tangga bisa pake NPWP suaminya, kan di KK udah pasti tertera nama suami dan istri.
(Update: keponakan gw yg msh di bawah umur akhirnya juga investasi reksadana, dan mrk gak pake NPWP. Katanya MI Panin dimana mereka beli, aturan terbaru gak mencantumkan syarat NPWP utk beli reksadana)
7. Punya duitnya dong!
Setiap reksadana itu diterbitkan oleh MI. Udah paham dong. Nah MI itu wajib memuat prospektus dari sebuah RD. Apa itu prospektus? Prospektus adalah dokumen yang memuat segala sesuatu tentang RD tersebut. Misalnya Panin Asset Management (PAM), sebuah MI menerbitkan reksadana saham yang namanya Panin Dana Maksima (PDM). Maka PAM harus memuat prospektus mengenai PDM di websitenya, umumnya berupa PDF file. Di prospektus dicantumkan apa komposisi dari PDM, berapa jumlah minimal setoran awal, berapa jumlah minimal pembelian selanjutnya, baik berupa pembelian berkala maupun yang tidak berkala, berapa besar subscription fee (biaya pembelian), berapa besar redemption fee (biaya penjualan, biasanya dikenakan jika umur pembelian dari sejak pertama belum 1 tahun), siapa bank kustodiannya (bank yang menampung dana pembeli RDS PDM), siapa nama pengelola investasinya, latar belakang masing2 personil pengelola investasi, dan sebagainya.
Karena gw memakai contoh produk reksadana saham Panin Dana Maksima, jadi gw analogikan begini aja ya. Jumlah minimal pembelian perdana PDM adalah sebesar 250 ribu. Cukup murah kan? Dengan subs fee sebesar 2% jadi dibutuhkan dana sebesar 255 ribu untuk mulai berinvestasi reksadana. Gak besar kan? Pembelian selanjutnya bisa dimulai senilai 250 ribu. Malah jika melakukan pembelian berkala, subs fee hanya sebesar 1%. Tidak ada biaya admin 200 ribu! Tidak perlu bagi2 hasil dengan skema 70:30 seperti yang diumumkan si pakar kucing reksadana! Semua uang dan hasil investasi ini 100% milik kita! Dan minimal pembelian pertama kali pun hanya 250 ribu, bukan 2 juta apalagi 20 juta! Coba, mirip kan dengan kita buka rekening bank di Bank Mandiri, yang bahkan harus memasukkan dana sebesar Rp. 500 ribu.
Lho, katanya reksadana bisa dimulai dengan biaya 100 ribu? Memang. Ini tergantung produk reksadananya. Karena contoh yg gw pake dalam hal ini PDM mensyaratkan pembelian 250 ribu, itu tercantum dalam prospektus. Lalu mana yang bisa mulai 100 ribu doang? Silakan intip di website Commonwealth Bank di bagian sini. Ini adalah bank supermarket reksadana, disana jual segala macam reksadana berbagai jenis dan merk. Nah disitu tertera lengkap reksadana jenis apa, berapa minimal pembelian awal, berapa minimal kalo autodebet bulanan. Ada kan yang 100 ribu? Memang sih untuk pembelian awal nggak ada yg 100 ribu. Tapi untuk investasi bulanan ada lho. Eng ing eng... Tapi sekali lagi, sebelum memutuskan akan beli reksadana yang mana, cocokkan dulu dengan profil resikonya ya, dan juga jangka waktu mau berapa lama investasinya, lihat prospektusnya, dan lebih baik lagi kalo intip kinerjanya, bisa dilihat di Bloomberg, Infovesta, Kontan, Bisnis Indonesia. Jadi gak mutung kalo hasil investasi beda dengan proyeksi.
Ingat ya, reksadana itu produk investasi, artinya bisa untung bisa rugi. Nggak dijamin LPS, nggak bakal ada yg namanya lembaga penjamin hasil investasi. Kenali, pahami caranya berinvestasi. Seperti slogan di logo reksadana, Pahami, Nikmati. Rajin baca kesana kemari. Dan putusan untuk investasi dengan segala resikonya merupakan tanggung jawab pribadi sendiri. Gak usah pake titip2 beli reksadana! Itu analoginya sama aja kayak lo nitipin duit gaji lo ditransfer ke rekening orang lain, dan tiap bulan dia tinggal ngasih duit ke lo sesuai permintaan lo, tapi dia minta fee 30% atas pengelolaan duit lo. Gak mau kan? Duit milik sendiri kok dititip ke orang lain yang bukan siapa2, bank aja cuma ngutip admin fee 12rb sebulan buat pelihara rekening dan ATM lo.
Update:
Ini semua pengalaman gw investasi reksadana di beberapa tempat sbb
Beli reksadana di Bank Mandiri, sini
Beli reksadana di Bank Commonwealth, sini
Beli reksadana Panin Asset Management, sini
Beli reksadana SAM Aset Manajemen, sini
Langganan:
Postingan (Atom)