Selasa, 29 Desember 2009

2010 di depan mata

Gak kerasa dah mau tahun 2010 aja... artinya kira2 dah 9 tahun berlalu sejak gue lulus S1, dah 4 tahun gue jadi PNS yang artinya thn 2010 gue bakal naik pangkat jadi IIIb. Memenuhi syarat buat dapat jabatan eselon IV, hahaha... Berharap kan boleh. Dan juga 1,5 tahun jadi Mama, 2 tahun jadi istri... (hmphhh... yg ini msh menyesakkan sampai sekarang).

Apa pencapaian terbesar gue tahun 2009? Setelah berpikir keras, baru gue menemukan bahwa keberanian gue utk melanjutkan pendidikan S2 adalah pencapaian terbaik gue tahun 2009. Gak mudah sama sekali memutuskan utk lanjutin kuliah lagi. Waktu (terutama), biaya, dan yg jelas niat, hihihi... Niat ini pun disusupi satu hal yang tergolong nyeleneh dan 'error' menurut gue, yaitu biar gue gak perlu sering2 nginep di Depok (berhubung kuliah di hari Sabtu sampai sore). Maaf, tapi sampai sekarang gue masih belum merasa nyaman dan tentram menginap di sana lagi. Masih terselip rasa trauma.


Kejadian penting tahun 2009? Hmm... Karuna genap berumur 1 tahun. Lepas sudah masa bayi menuju toddlerhood. Kini menuju tahap selanjutnya ke umur 3 tahun.


Harapan tahun 2010? Dari segi karir, yah, bolehlah berharap, seperti sudah dibilang, gue mendapat jabatan eselon IV. Gak terlalu napsu amat sebenernya, tapi mengingat beban pekerjaan gue sekarang yang bisa dibilang mengerjakan pekerjaannya eselon IV, kayaknya perlu juga dijadikan definitif! Hehehe...


Kuliah, tentu saja, mudah2an semua mata kuliah teori bisa lulus semuanya dengan nilai yang BAIK (bukan cuma asal lulus, C kan juga lulus). Kalo liat silabus sih, tahun 2010 mestinya udah bisa menyelesaikan teori, tinggal seminar dan tesis aja. Dan tentu saja, SANGGUP terus bayar uang kuliahnya (gak terlalu mahal emang, tp entah kenapa pengeluaran akhir2 ini tergolong besar juga sampai2 susah menyisihkan). Mudah2an gue selalu dilimpahi rejeki sehingga dapat bayar uang kuliah.


Keluarga, berharap Karuna tumbuh sehat, bisa mengunyah makanan (kalo bisa udah mampu makan nasi), bisa ditatur, bisa lepas dari botol, lancar ngomong, melengkapi imunisasi wajib (tinggal DTP+Polio) dan anjuran (MMR, IPD, Hep A).


Dan satu lagi yang paling penting. Sangat ingin papanya Luna mau berkumpul kembali bersama keluarga kecilnya ini, nggak usah memaksakan diri tinggal di rumahnya di sana. Tinggal dimana saja yang penting anak istri sehat dan bahagia itu lebih dari cukup nilainya. Buat apa tinggal di rumah sendiri tapi sama aja tetep nggak punya privacy.


Mudah2an 2010 membawa kebaikan buat gue dan keluarga.

Selasa, 15 Desember 2009

Adat yang patrilineal

Sebagai orang yang dibesarkan oleh orang tua (bokap) berdarah Bali, tentunya gue juga dididik sesuai dengan adat yang kami pegang. Walau gue (kalo istilah di Harry Potter) berdarah campuran dari pihak nyokap. Dari kecil gue lahir, tinggal dan besar di Jakarta (dan Ciledug, bukan Tangerang. Ciledug itu kan Jakarta bukan, Tangerang nggak niat).

Jadi tentang adat istiadat, gue gak terlalu kental mendalami. Tapi tentu saja kami diajarkan untuk hal2 yang basic. Misalnya bikin banten sehari2 seperti segehan dan canang sari dan juga banten rainan Purnama (daksina) dan banten besar untuk hari raya Nyepi, Galungan, Kuningan, etc. Semua upacara dalam kehidupan manusia dalam agama Hindu juga dilaksanakan bagi gue dan saudara2 gue, seperti 3 bulanan, otonan pertama, potong gigi, dll.

Tapi tentu aja, mungkin karena gue besar di rantau dan nyokap yang bukan orang Bali, gue gak terlalu tau makna atau filosofi dari semua upacara2 dan ritual itu. Padahal gue juga dapat pendidikan agama Hindu dari zaman SD sampai kuliah. Dan keluarga gue pun nggak terlalu saklek banget dalam hal adat. Bagi bokap gue, cukup anak2 mengerti dan memahami apa yang baik dan tidak baik dalam agama.

Ketika gue memutuskan menikah dengan seorang yang berasal dari Bali juga, setelah menjalani pacaran selama 6,5 tahun lamanya, tentunya gue menginginkan suami yang bisa membimbing gue dalam hal adat. Berhubung ada testimoni nyokap tentang bagaimana 'kerasnya' masyarakat adat di Bali, gue agak hati2 dalam hal memilih pendamping hidup.


Gue beranggapan suami gue, yang juga lahir dan besar di Jakarta, memiliki pandangan yang sama, setidaknya mendekati, dengan pandangan keluarga gue yang bagi gue cukup moderat. Itulah yang membuat gue memilihnya. Dia orang Bali yang lahir di Jakarta dan tidak dibesarkan di Bali, yang tumbuh di lingkungan yang heterogen di Jakarta, namun keluarganya tetap memegang pakem adat, yang gue harap, sekali lagi, berwawasan modern dan moderat. Gue ingin belajar bagaimana menjadi orang Bali yang seutuhnya namun tetap dinamis. Memang bagi orang Bali masyarakat adat dan keluarga itu penting banget.

Sesuai adat Bali, perempuan yang sudah menikah akan ikut dengan keluarga suaminya. Karena di awal2 pernikahan gue dan suami belum punya rumah (rumah sedang dibangun) maka gue dan suami tinggal pindah2 dari rumah ortu gue ke rumah ortu dia. Terus terang aja gue gak bisa sama sekali bayangin kalo gue harus terus menerus tinggal di rumah mertua (no offense, kalo papa baca ini). Bagaimanapun lebih enak tinggal di rumah sendiri (juga rumah ortu sendiri) daripada tinggal di rumah mertua (SIAPA YANG GAK SETUJU KALIMAT INI, TUNJUK TANGAN!).


Tentu saja gue harus menyesuaikan diri dengan kebiasaan di rumah ortu suami. Untung gue orangnya termasuk orang yang gampang menyesuaikan diri, meski sedikit aneh, tapi bagi gue it's fine. Walau jujur saja (dan kita semua pasti juga merasakan) ada beberapa kebiasaan yang 'enggak banget' di mata gue (gak perlu gue perjelas ya).


Gue juga menjalani kehamilan dengan berpindah2 rumah ini. Sedikit capek, tapi yang gue senangi dari daerah Depok rumah mertua gue ini adalah deket dg stasiun KA! Seneng banget deh, jam 4 teng kabur dari kantor, jam 4.30 naik kereta, jam 5an dah sampe Depok Baru. Beda banget sama waktu pulang ke rumah ortu gue.


Ketika gue habis melahirkan harus pulang ke rumah mertua atas nama adat (karena ari2 Luna ditanam di sana) tentu saja gue berontak. Hal ini gak pernah terpikir di otak gue karena gue dibiasakan lebih mendahulukan keselamatan dan kesehatan dibanding yang lain. Adat mestinya gak sekaku ini. (See my blog here, here and here). Sayangnya (IMHO) papa terlalu kaku dalam hal adat, yang menurut gue dimengerti secara salah. Belum lagi my mom in law yang juga turut 'menasihati' (note that I use quote mark here, hehe, so you know what I mean). Bener2 tidak tahan!


Gimana akhirnya gue gagal ASIX, mendapati diri gue yang nyaris depresi (karena ketidaksiapan mempunyai anak? Mungkin yang benar ketidaksiapan menghadapi bagaimana rasanya baru punya bayi yang siang tidur gak nyenyak malam melek maunya digendong while no help at all from my in law). Saat itu bener2 gue sangat rindu untuk kembali ke rumah orang tua, karena yang ada di bayangan gue adalah, ortu gue akan bersedia begadang ikut menggendong Luna sementara gue bisa tidur memulihkan stamina yang baru melahirkan secara SC).


Perbedaan ini masih terjadi sampai sekarang. Gue dengan sudut pandangku sendiri dan papa dengan sudut pandangnya sendiri juga. Maka kembali mengingat status yang beberapa hari lalu gue tulis di FB gue :Mengalah untuk hal yang baik oke, tapi kalo mengalah malah mengakibatkan hal2 yang tidak diinginkan, NO WAY!


Maka, gue bersyukur sekali ortuku mendidikku untuk melakukan apapun perhatikan kepentingan yang lebih besar (dalam hal ini anak). Jadi, memang gue terus terang saja memprioritaskan Luna ketimbang papanya. Katakan gue egois, tapi yang gue lakukan sudah dipikirkan dengan pertimbangan. Bahwa gue menitipkan anak gue di ortu gue dengan resiko tinggal terpisah dari papanya ketimbang tinggal di rumah kami, berkumpul bersama, tapi di siang hari anak sama ART.

Jatuh lagi!

Minggu lalu gue cuti 3 hari karena omanya Luna pulang ke Bali. Jadi gue mengasuh dia dibantu 2 ART, yg 1 ART rumah yg 1 lagi nanny. Emang bener2 anak gue ini super lasak sekali. Larinya dah cepet banget, gak bisa liat pintu keluar terbuka dikit aja, atau dia bakal lari ke depan mau ke teras (kalo lolos biasanya dia marani kolam teratai buat ngobok2 airnya, hahaha! Pernah juga sepatu pekaknya mampir ke kolam karena dicemplungin Luna, akibatnya sekarang pekak tertib menaruh sepatu pada tempatnya!).

Terus terang aja bisa dibilang kalo gue mesti jaga Luna sendirian di rumah, nggak sanggup. Kecuali gue gak bikin makanan, gak ke KM, gak melakukan aktivitas lainnya sama sekali kecuali hanya menemaninya. Pernah gue coba mau masak mi sementara dia ditaro di crib nya. Yang ada teriak2 sampai nangis kenceng minta keluar kandang. Maka sejak itu gue gak pernah ninggalin dia di crib sendiri, kecuali ikut duduk di sampingnya sambil nonton tv. Sekarang aja bisa dibilang gue sama sekali gak punya me time. Anak ini tergolong unik, emang bener2 harus ditongkrongi setiap saat setiap waktu. Soalnya kalo gak ditunggui, bisa aja dia melakukan aktivitas mencurigakan yang membahayakan dirinya.


Hari Rabu lalu, hari terakhir gue cuti, Luna jatuh. Sebenernya peristiwa Luna jatuh makin sering intensitasnya akhir2 ini sejak dia dah bisa berjalan dan berlari2. Waktu kecil, masih belajar tengkurep dan guling2 malah nggak pernah sama sekali. Tapi kejadian kemarin cukup bikin gue trauma dan perih ngilu.


Seperti biasa kalo sore2 ART ngepel lantai dan bawa ember pelnya. Luna paling seneng ngubek2 air ini, yang tentu aja dia lakukan kalo lepas dari perhatian kami. Buru2 gue kejar, dan dia makin lari, ke arah lantai yang baru dipel. Langsung aja dia kepleset jatuh, tepat kena di kepala belakangnya. Huhuhuhuhu!!!! Luna menjerit keras sekali, mungkin karena sakit dan kaget. Spontan langsung gue gendong dia, mau nangis rasanya dah gak bisa. Gue nyesel sekali kenapa gue ceroboh jagain anak gue sendiri, gue takut sesuatu yang buruk terjadi padanya.

Bokap gue (pekaknya Luna) dah pulang kantor saat itu, lagi membaca koran. Luna trus digendong pekak, dan kemudian dia mulai diam cemberut. Akhirnya diajak naik mobil biar dia ceria lagi. Gak lama kemudian dia dah ketawa2 lagi. Sampai malam gak ada tanda2 akibat buruk karena jatuh, misalnya muntah, lemas. Malah tumben2an minumnya cukup banyak malam itu, sampai 3 botol x 100 cc. Biasanya paling pol 2 botol. Tapi gue masih tetep kuatir, sampai sekarang. Padahal udah lewat hampir seminggu.


Gara2 gue menyaksikan Luna jatuh kemarin, bisa dibilang gue sekarang parno banget, dan cenderung protektif sama dia. Lari2 dikit langsung gue kejar, pokoknya gue terus menerus membayangi dia kemanapun pergi. Dia senengnya kalo lari2 lalu manjat naik kursi di depan tivi, sambil ketawa2 kalo dah berhasil naik. Nggak tau kalo mamanya mau copot jantungnya kuatir dia jatuh!


Trus waktu itu pernah kepergok bokap gue sedang manjat patung gajah buat naik teralis jendela kamar tamu! Sekarang lagi demen muter2 kayak gasing, kadang dilakukan jelang jam tidur, yang gue tau dia dah ngantuk sebenernya tp masih seneng main. Duh duh... Pokoknya bener2 deh anak mama ini.

Kamis, 10 Desember 2009

Full time mom or working mom

Kenapa gue memutuskan menjadi working mom? Sejak dulu gue sudah didoktrin sama nyokap bahwa apapun yang terjadi gue harus bisa mempunyai penghasilan sendiri, tidak cuma mengandalkan suami ketika berumah tangga. Alasan nyokap, bisa mencari penghasilan sendiri merupakan poin plus seorang perempuan. Mau usaha sendiri atau bekerja pada orang lain sebagai karyawan, yang penting bisa cari nafkah sendiri.

Pertama kali gue kerja setelah nganggur 9 bulan setelah lulus kuliah, di perusahaan konsultan kecil2an. Di sini gue lumayan bertahan lama, hampir 4 tahun, walaupun di sini bisa dibilang gue nyaris nombok tiap bulan (masih mengandalkan tambahan uang saku dari ortu). Untungnya akhirnya gue diterima sebagai PNS di instansi pusat. Bedanya, bagaikan langit dan sumur, terutama dari segi penghasilan, fleksibilitas waktu kerja, lingkungan kerja. Sisi positif dari pengalaman gue kerja 4 tahun itu adalah gue terbiasa melakukan tugas secara cepat, beda sama di instansi yang birokrasinya tergolong lamban.


Terus terang aja, gak kepikir di otak gue bahwa gue akan mengikuti jejak bokap gue sebagai PNS. Dulu gue sama sekali gak mau jadi PNS, maunya jadi pekerja di BUMN. Pacar gue lah (sekarang papanya Luna) yang memberi tahu sisi positifnya jadi PNS, yaitu waktu yang fleksibel dan relatif mudah minta ijin jika diperlukan, apalagi kalo dah berkeluarga dan ada kepentingan yang mendesak.


Alasan terakhir ini yang membuat gue mendaftar jadi PNS. Dan memang harus diakui, dulu di kantor lama susah banget yang namanya izin, boro2 gak masuk, keluar ke bank aja saklek harus jam istirahat. Memang perusahaan kecil dan pribadi, jadi segala urusan tergantung maunya si atasan tunggal aja. Bahkan THR terakhir gue aja gak dikasih, karena si bos marah gara2 gue bilang mau resign karena keterima jadi PNS.

Setelah gue berkeluarga dan punya anak, harus diakui kantor (tepatnya atasan) sangat memaklumi kondisi gue. Berkali2 gue sering dipanggil pulang sama nyokap karena di rumah Luna gak mau minum susu (awal2 gue masuk kerja setelah cuti melahirkan). Kadang juga gue izin pulang cepat untuk mengantar dia imunisasi ke dokter.

Gue sangat bersyukur bahwa gue masih bisa bekerja di luar rumah mencari nafkah dan masih ada orang tua yang bisa dititipi merawat anak. Dan juga fleksibelnya tempat kerja dengan kondisi gue. Walaupun demikian gue berusaha tetap profesional, sebisa mungkin gue menyelesaikan semua tugas yang diberikan kepada gue. Dulu waktu masih gadis gue sering tugas keluar kota, sekarang bisa dibilang gue nyaris sama sekali gak pernah tugas keluar kota. Semuanya karena anak.

Apakah gue ingin menjadi full time mom? Siapa sih yang gak ingin? Gue jelas ingin bisa menemani anak gue sepanjang hari, melihatnya tumbuh besar dan punya kemampuan baru. Gue bisa memahami kegundahan ibu2 yang sudah tinggal terpisah dari orang tua (tinggal di rumah sendiri) tapi masih sama2 bekerja sehingga anak terpaksa dititipkan ke ART/BS. Maka akhirnya memutuskan jadi FTM. Suatu keputusan yang berat, jelas, karena terbiasa tidak tergantung pada orang lain (suami) dalam hal mencari penghasilan. Hal ini yang dulu dilakukan oleh nyokap gue. Tentunya lebih plong merawat sendiri anak di rumah daripada nitip ke pengasuh.

Akhirnya gue memilih tetap bekerja, karena gue merasa pekerjaan ini, yang gue peroleh dengan susah payah, sia2 jika tidak dimanfaatkan. Orang tua gue masih sehat untuk bisa dititipi anak. Sementara memang terpaksa masih numpang di rumah orang tua gue, walaupun kami sudah memiliki rumah sendiri, karena supaya lebih mudah dalam menitipkan Luna.

Selasa, 08 Desember 2009

Bebas pilek

Akhirnya pilek Luna mereda juga setelah hampir sebulan sembuh-kambuh mulu, yang bikin gue gak tenang idup, hehehe. Gue cuma kasih triaminic aja, tapi kan gak bisa terus2an dikasi obat. Antara panik dan putus asa gue olesin balsem transpulmin aja di bawah hidungnya. Kalo diolesin ke badan kayaknya nggak pengaruh. Semalam bisa 2-3x gue kasih, dan kalo siang hari gue kasih pas abis mandi pagi dan sore.

Rupanya cukup membantu, ingusnya keluar terus menerus, dan akhirnya habis. Sekarang Luna dah gak pilek lagi. Duh, senangnya... walau tetep aja masih angot2an kalo dikasih minum, tapi paling nggak dia udah sembuh, jadi makanan yang diberikan bisa dipakai untuk pertumbuhan, bukan buat ngelawan bibit penyakit. Terbukti sejak sembuh rasanya kalo gue gendong sekarang Luna makin berat aja. Mungkin ngejar ketinggalan kali ya. Terima kasih ya ISHW...

Kamis, 03 Desember 2009

Curhat tentang wartawan

Beberapa hari ini gue lumayan sebel banget sama beberapa oknum pers yang sering datang ke kantor gue.

Gue memang bekerja di Bagian Humas, yang diantara tugas2nya mengundang kehadiran media massa untuk meliput kegiatan kantor, terutama kegiatan menteri. Dan kebijakan di kantor gue, untuk setiap peliputan disediakan ongkos pengganti transport. Akhir2 ini, untuk lebih menggiatkan pemuatan berita, ditambah dengan honor pemuatan berita.


Oh iya, perlu gue beritahukan bahwa yang sama sekali tidak pernah mau menerima seluruh pemberian ini cuma wartawan dari Kompas, Koran Tempo dan Trans Corp (gue sebutkan aja namanya di sini, kan berarti kredibilitas mereka memang gak usah diragukan lagi). Selebihnya, mau menerima. Walau ada juga beberapa orang yang tidak mau menerima, tetapi temannya yang berasal dari media yang sama mau menerima.


Nah, sejak ada 'kebijakan' pemberian honor pemuatan berita ini, ada aja beberapa oknum yang gue tau kalo diundang sering datangnya terlambat (menteri udah pergi dia baru datang), bikin beritanya copy paste dari website atau dari Antara, dia klaim transport, dan juga klaim biaya pemuatan berita. Dah gitu ngasih bukti korannya terlambat lagi. Ngeyel pula. Aduh... sebel banget deh sama orang model2 begini. Maaf ya, kawanan ini, (berasal dari 3 media massa) semua wanita (ibu2 tepatnya) dan berbusana muslim (bukan maksud SARA ya). Gue tau medianya 'tidak ternama', inisalnya koran "P", koran "T" dan satu lagi medianya cukup mempunyai 'nama' dengan embel2 bidang ekonomi.


Kalo yang gue maksud dengan rewel dan ngeyel ini, yang berasal dari media yang terakhir. Si ibu dah cukup berumur, usia di atas 40 tahun, cerewetnya bukan kepalang... ya ampun. Kemarin saking kesalnya gue sampai bilang "Ya udah, kalo Bunda (panggilannya dia) mau ambil, nggak mau ya udah." karena dia ngotot minta ganti transport waktu ada acara menteri, padahal datangnya terlambat dari jadwal yang diberitahukan sebelumnya. Akhirnya sih dia tanda tangan kwitansinya.


Gue pribadi sebenernya gak pernah setuju dengan kebijakan demikian. Gak heran kalo ada yang bilang wartawan amplop. Mereka (tentunya para oknum ini) kalo gak dikasih ganti transport, ya ampun... kitanya dikejar2 kayak punya utang aja. Padahal gak ada yang bodrek lho. Amit2 banget deh...

Report 16 Bulan

Dah lama banget ga nulis di sini, ga sempet. Sekarang dah keasikan main Farm Ville di kala istirahat, malah suka nyolong2 jam kerja (hahaha... don't try this at home!. Lumayanlah, tombo suntuk.

Abis sekarang MP diblok di kantor. Gw blom sempet ngomong ama bagian jaringan biar blokir ini dibatalkan. Jadi kegiatan gue selain kerja ya cuma mainan FV. 
Sampai2 blom bikin review 4 bulanan Luna, hal yang dulu biasanya gue tulis. Banyak ide ada di kepala buat bikin tulisan2 tapi kayaknya kok keburu2 mulu ya, blum lagi karena kuliah jadi mesti sempet2in belajar.

Luna udah mahir berlari, juga memanjat. Bicara masih blum banyak, masih gak jelas, belum bisa ungkapin keinginannya. Kalo dia mau seuatu cuma bilang "uh... uh..." sambil nunjuk2, yang kalo kita gak ngerti dia bisa menjerit trus nangis. Misalnya kalo haus, dia rewel ga jelas gitu. Trus pas gue mo bikin susu (krn emang waktunya minum, selama ini gue cuma mengira2 aja kapan mau ngasih minum, karena dia sering gak mau minum di kala sadar), dia nunjuk2 gak sabar, berarti haus. Begitu dikasih langsung mau mangap (padahal biasanya nggak) trus cepet abis.


Senang memperhatikan kegiatan yang dilakukan orang lain dengan seksama. ART ngepel, dia tiru dg bawa2 lemeknya diseret2, trus dilapin ke lantai. Hahaha! Sekarang malah sukanya bawa gelas trus dia taro di dispenser. Untungnya baru tau air dingin doang.


Hmm... apa lagi ya... kayaknya gw harus segera menyelesaikan kerjaan gue nih.

Jumat, 20 November 2009

Harapan yang menipis

Gak tau mesti nangis apa nggak. Tapi perkembangan terakhir makin buruk. Sekarang gue cuma berupaya berdoa saja. Dan berusaha supaya Luna selalu dalam jangkauan gue.

Gue tetap pada komitmen semula, gak pernah mau memilih ini sebagai jalan akhir. Sekarang yang gue usahakan ya cuma buat Luna aja. Gue yakin Luna ingin orang tuanya bahagia.

Rabu, 18 November 2009

Pertanyaan2

1. Was your first pregnancy planned?
Gak khusus direncanakan, tapi kalo dikasih cepet ya syukur.

2. Were you married at the time?

Jelas dong!

3. What were your reactions?
Antara seneng dan nggak percaya, bisa juga ya gue hamil.

4. Was abortion an option for you?
BIG NO!!


5. How did you find out you were pregnant?
Test pack. Pas dah jadwalnya period, kok nggak dapet2 juga. Dah firasat jadi nih, eh ternyata bener. Tapi ketauan setelah test pack ke 2, yg pertama masih negatif.


6. Who did you tell first?
Laki gue jelas.


7. Did you want to find out the sex?
Hehe... jelas aja pengen tau, penasaran aja. Tapi ketauan baru setelah 7 bulanan.


8. Due date?
3 Agustus 2008.

9. When was your child actually born?
20 Juli 2008.


10. How much did your child weigh?
2,98 kg.


11. Did you have morning sickness?
Nggak. Tapi bawaannya ngantuk dan malas sekali ngapa2in, gerak juga ogah alias maunya duduk di depan komputer dan tidur.

12. What did you crave?
Kesempatan makan yang enak2 dan meminta aneka makanan yang enak2, pasti dipenuhi. Sejujurnya nggak khusus ngidam suatu makanan.


13. Who/what irritated you the most?
Gak ada.

14. What was your first child's sex?
Beautiful little girl.

15. Did you wish you had the opposite sex of what you were getting?
Kami berdua nggak pilih2 jenis kelamin anak. Tapi tentu saja keluarga suami prefer cowok (maklum, adatnya masih kental).

16. How much pounds did you gain throughout the pregnancy?
10 kg cukup.

17. Did you have a baby shower?
Upacara 7 bulanan sesuai adat Bali.


18. Was it a surprise or did you know?
Tentunya udah direncanakan, walaupun agak miss dikit, karena di jadwal yang dah direncanakan ternyata dianggap kurang baik, so mesti diundur. Yang mana di tanggal baik yang diusulkan gue dah daftar USG 3D dg nomor kecil di YPK (tau sendiri dong antriannya kayak apa). Yah.... akhirnya reschedule deh, minggu depannya baru bisa USG 3D.


19. Did you have any complication during your pregnancy?
Nggak sih kayaknya, tapi umur 5 bulan gue sempet kena radang tenggorokan lumayan parah sampe mesti pake nebulizer di kantor plus istirahat 3 hari di rumah. Napasnya susah, batuk2 mulu lagi, kasian dedek di perut, guncang2 mulu. Ampe nangis gue.

20. Where did you give birth?
RSB YPK Menteng.

21. How many hours were you in labor?
Mules dari jam 11 malam, jam 01.30 jalan ke RS (gue dah gak berdaya menahan kontraksi, sakitnya naujubileh), jam 03.30 bukaan masih 2 mules 5 menit sekali, dan baru dapat jadwal SC, jam 05.30 masuk ruang operasi, jam 05.42 lahirlah si mungilku.


22. Who drove you to the hospital?
Adik gue yg bawa mobil, nyokap gue, dan si papa ikut mengantar.

23. Who watched you give birth?
Berhubung SC jadi suami gak boleh masuk. Yang ada di ruangan operasi dokter kandungan, dokter anak, dokter anestesi dan suster 2 orang kalo ga salah.

24. Was it natural or c-section?
SC.


25. Did you take medicine to ease the pain?
Ya iyalah... SC gitu!

26. What did you name him/her?
NI PUTU KARUNA GAYATRI dengan panggilan sayang LUNA


27. How old is your first born today?
Sekarang dah umur 2 hari menjelang 16 bulan (20 November).

Kamis, 12 November 2009

Akhirnya imunisasi HPV juga

Ini mesti diniat2in, kalo nggak gak bakal kesampaian terus. Kebetulan hari ini jadwal gue lumayan longgar, so meluncurlah ke YPK buat ketemu Dr Nadir, dokter gue waktu lahiran dulu.

Ternyata YPK itu dah pindah ya, gue berenti di lokasi yang lama, yang masih berupa proyek. Lokasi baru sih gak jauh2 banget sama yang lama, cuma beda 3 rumah. Disana cuma nunggu bentar, sama ditanyain hasil papsmear yang ada. Karena gue papsmear boleh gratis bukan di YPK, ya gue bawa hasilnya.


Gak lama gue dipanggil masuk. Pak dokter yang dahulu selalu gue liat memakai kostum operasi, sekarang pake kostum biasa. Ternyata karena sekarang ruang tindakan tidak berada 1 gedung, tapi beda lokasi.


Dijelaskan pilihan obat vaksin, ada 2 jenis. Yang 1 cerfarix, harga 700 rb, 2 virus. Yang 1 lagi gardacyl, harga 1,1 jt, 4 virus. Gue pilih yg ke 2. Total bayar 1,25 jt termasuk biaya dokter. 
Disuruh datang lagi nanti bulan Januari dan Mei tahun depan, jarak 2 dan 6 bulan dari suntikan pertama.

Jadi, lebih baik mencegah daripada mengobati, bukan cuma anak2 kita aja yang butuh imunisasi, tapi ibunya juga.


Selasa, 10 November 2009

Semua sayang Luna

Sejak Luna lahir, segera dia menjadi tumpuan perhatian dari seluruh anggota keluarga gue. Meskipun Luna cucu ke 3 dari ortu gue, tapi jarak umurnya jauh dari keponakan2 gue, 11 dan 15 tahun. Waktu gue hamil pun kakak gue girangnya setengah mati, karena artinya dia bakal punya keponakan (selama ini anaknya yg dijadiin mainan, hehe). Malah dia yang heboh beli ini beli itu. Mending beli yang kecil2, lha ini beli stroller, matras tidur lengkap, pompa ASI manual (waktu itu gw belum kenal Medela), krn waktu hamil gw dah bilang kalo gw niat memberi ASI (yang sayangnya gagal. hix). Pokoknya bener2 heboh deh.

Gue malah gak terlalu banyak prepare apa2 krn gue dah males bergerak2 kemana2 dg perut besar. Capek dan berat rasanya. Yang beli perlengkapan bayi pun nyokap gue semuanya. Gue tinggal kasih daftar belanjanya aja. Hihi... dasar pemalas. Beda banget sama ibu2 hamil lain yang kuat banget keluyuran di ITC ngunjungin seluruh babyshop yang ada di ITC itu. Pokoknya gue menjalani kehamilan dengan senang hati, gak ada hambatan atau keluhan apapun yang berarti.

Sejak Luna lahir, disinilah gue mulai banyak menghadapi masalah yang akibatnya masih kerasa sampe sekarang. Luna umur 3 minggu, gue memutuskan kembali ke rumah ortu gue, membawa bayi yang masih mungil sekali di tangan kiri dan 2 tas besar2 plus 1 tas tangan (jadi total 3 tas) sambil nahan cenut2 bekas operasi yang masih kerasa, naik angkot ke terminal Depok untuk nyari taksi pulang ke Ciledug. Masih inget bener gue saat2 itu. Saat itu Luna dalam kondisi sakit, pilek, karena ketularan, entah dari maid atau sepupunya yang sakit serupa, Gue juga sempet sakit tenggorokan dan pilek. Sejak itu gue tinggal di rumah ortu sampe sekarang.


Luna tampaknya betah di Ciledug. Walaupun sampai umur 40 harian dia rewel tiap malam, hanya mau digendong setiap saat (kebiasaan yang sebenernya udah ada sejak di Depok). Thanx to my parents, I love u all (hiks...), yang bener2 menenangkan hati gue yg saat itu sangat labil, hampir tiap hari sejak melahirkan gue pasti menangis (mungkin bisa jadi karena baby blues). Untuk sementara perawatan Luna diambil alih oleh mereka, dan gue memulihkan mental dan fisik gue yang sangat capek dan kurang tidur pasca melahirkan. 


Seiring waktu Luna pun akhirnya tidur nyenyak di malam hari, dan saat itu gue udah kembali pulih secara fisik. Kekacauan di 40 hari pertama Luna ini harus ditebus sangat mahal, yaitu gagalnya keinginan gue untuk memberikan ASIX kepada Luna. Gue baru inget bahwa BP Medela elektrik tertinggal di Depok. Disana pun gue jarang pakai karena gue nyaris gak punya waktu sama sekali, Luna bobo, gue mandi dan makan, eh trus dia dah bangun lagi dan maunya digendong. Malam hari pasti begadang, karena Luna rewel maunya digendong. Mungkin karena itu gw kelelahan berat dan akhirnya sakit.


3 bulan berlalu dan gue kembali masuk kerja. Berat rasanya. Tapi gue percaya omanya Luna pasti dapat diandalkan seperti yang gue inginkan. Dan memang bisa dibilang Luna asuhan Oma sejati. Ada ART yang membantu tentunya, tetapi tetap kendali ada di tangan Oma. Bukan berarti selalu mulus2 saja, ada kalanya gue juga berbeda pendapat dengan nyokap tentang pola pengasuhan. Tapi selalu juga bisa berkompromi. Kebetulan prinsip pengasuhan gue dan nyokap gak beda jauh (maklum dong, gue kan produk nyokap juga, hehe). Sejauh menurut gue on track sih no problemo.


Sampai saat ini Luna berumur 15 bulan. Dia tumbuh sehat, gembira, sangat aktif. Banyak sekali perkembangannya yang sampai kapanpun terus membuat gue takjub. Dia menjadi kesayangan kami semua. Apalagi bokap gue, karena ulang tahun mereka berdua sama. Sepertinya Luna menjadi apple of my father's eyes. Kakak gue (tantenya Luna) juga gak kalah sayangnya sama Luna, sampai2 anak2nya bilang kalo Luna itu anak ke-3 kakak gue. Kalo kakak gue ke rumah, Luna langsung nemplok (mungkin dikira mirip sama mamanya). Kadang2 kakak gue juga bawain mainan. Kemarin Luna dibawain mobil2an. Hehe...


Adik gue pun juga gak kalah. Kebetulan Luna dikasih HP mainan sama sepupunya. Tapi sayang gak ada batrenya. Nah adik gue beliin batrenya. Akhir2 ini gue juga sering lembur. Jadi di rumah cuma Luna sama Omanya. Nah adik gue pulang, langsung Luna nempelin adik gue terus. Adik gue kasian ngeliatnya, kok ini anak kesepian banget (gue belom pulang, bokap gue lagi keluar kota). Akhirnya diajak main aja. Makanya kemudian adik gue beliin batre mainannya. Gue denger cerita itu trenyuh juga. Kami semua memang sayang sama Luna.


Tentunya gue berusaha semampu gue untuk bahagiakan Luna. Secapek apapun gue pulang kantor dan semalam apapun, untuk dia gue nggak pernah marah2 atau bete. Kadang Luna juga sensitif, lagi rewel. Kalo pas gue lagi period, dimana mood gue sangat2 kacau, gue memilih sementara waktu 'menjauh' dulu, biar Luna banyakan sama pekak oma nya dulu. Soalnya kalo gue lagi sensi kadang suka sangar, hihi... Seperti semalam, lagi2 gue pulang lembur. Luna menurut nyokap gue seharian rewel. Begitu gue pulang, bersih2, lalu gue angkat, gue gendong2 keliling rumah sambil nyanyi2 keras. Seneng banget rasanya denger nyokap gue bilang "Tuh baru ketawa2 sekarang, ada emaknya aja... nyengir2." Hehe... jadi kepala Luna senderan di bahu gue, tapi dia nyengir2 sambil gue nyanyi2 keliling rumah.

Senin, 09 November 2009

Ada yg udah vaksin HPV?

Baru nelp ke YPK nih, secara gw papsmear bulan Juli kemarin (cek up dr kantor, gratis tis... --> OOT, vendornya RS yang bikin heboh itu lho dg kasus tuntutan pencemaran nama baik, cuma yg lokasinya di Pulomas, kerja sama sama vendor asuransi PNS, xixixi...) dan ternyata masih bisa kalo mau vaksin sekarang (baru sempet dan baru punya duit).

Harga vaksin, kalo obatnya Gardasil (sory neh gw ga tau spelling nya) 1,1 jt per 1x suntik, sedang kalo Cervarix (CMIIW ejaan benernya) 700 rb per sekali suntik. Bedanya, Gardasil cakupan virusnya lebih banyak ketimbang Cervarix.

Nah pertanyaannya, kalo udah pernah divaksin, share dong pake obat yg mana, berapa harganya dan dimana. Thx.

Rabu, 04 November 2009

Another story of maid

Nanny nya Luna akhirnya minta keluar hari Selasa kemarin. Jadi total dia kerja 22 hari. Dia minta keluar gara2 ngambek sama nyokap gue. Lho, kenapa ngambek? Soalnya hari Senin kemarin jari Luna hampir kejepit pintu besi, dia sembrono nutup pintunya. Sempet kejepit juga, sampai Luna nangis keras. Untung sama nyokap gw cepet dihalangin jadi gak sampai ketutup bener2. Nah jelas marahlah nyokap gw. Ini kedua kalinya dia lalai. Sebelumnya dia juga sembrono sampai pahanya Luna luka gara2 Luna naik2 tangga besi trus kejepit.

Nanny ini gw liat emang termasuk malas. Kalo si Luna bobo, dia malah tidur2an di lantai sambil nonton TV. Terang aja nyokap gw negur dia. Bukannya dia ngerjain yg lainnya. Pdhal kerjanya dia cuma jagain (baca: ngikutin) Luna kemanapun pergi. Luna juga nggak dikasih diajak jalan2 keluar sama nyokap gw, kecuali nyokap gw juga ikut keluar. Nyuapin cuma makan siang aja, sarapan sama nyokap gw krn Luna dah bangun pagi2 kelaparan jd segera dibuatin makanan sama nyokap. Cuci baju, nyokap gw juga (nyokap gw hobinya nyuci). Nyeterika sama maid yg satu lagi. Cuci botol gue. Masak makanannya Luna dan yg nyiapin nyokap gw. Ya kerjanya cuma membantu jaga anak aja, bukan kayak baby sitter.


Emang nanny nya Luna ini gw liat orangnya agak malas, manja pula. Tp dia sih gak suka ngambil2 barang gitu. Makanya ya ditahan2 aja deh. Bagi gw sih masih batas toleransi. Kemarin yg tangannya Luna kejepit pintu itu, nyokap gw lgsg ngamuk, pun nyokap gw ngomongnya nggak kasar, cuma dibilang kok kamu sembrono banget, bukannya jagain yg bener. Kalo soal Luna kepentok sih malah sering, tp Luna nggak nangis. Yg kejepit ini nangis keras.


Nah dia ceritanya marah krn diomelin. Lho, bukannya kebalik ya? Kan aturan emang bener nyokap gw yg marah. Nyokap gw sih ga niat ngeluarin, tp dianya lalu ngotot minta keluar. Sama maid yg satunya dah disaranin minta maaf aja, eh dianya nggak mau. Ya udah. Kemarin pulang kampung lebaran juga 3 minggu, ga ada kabar berita mo balik lagi gak.


Akhirnya gw nanya2 sama tukang sayur, dptlah maid yg skrg, dia ngerjain pekerjaan rumah. Trus gak lama nanny nya Luna nelp, dia mau masuk lagi. Krn emang gw n nyokap butuh 2 org ya diterima lg. Apalagi dia juga yg nemuin Luna wkt hampir diculik dulu, dia lagi jalan mo ke rumah gw trus nemuin Luna lg digendong sama bekas maid sinting dah di jalan belakang sekolah menuju perkampungan.

Akhirnya ya udah. Kata maid gw sekarang nanny Luna mo masuk lg bulan depan. Nyokap gw jelas gak mau dong. Kok kerja kayak main2. Kalo niat kerja ya kerja yg bener, bukannya sebentar masuk sebentar nggak. Ada2 aja deh.

Selasa, 03 November 2009

Lembur!

Ini lembur kesekian sejak beberapa hari lalu, tepatnya sejak KIB 2 dilantik. Capek banget rasanya, kayaknya kita nggak diberikan waktu untuk bernapas.

Bagaimana nggak? Senin sampai Sabtu lalu, serangkaian kunjungan kerja, sidang kabinet, rapat terbatas, rapat koordinasi berturut2 diselenggarakan. Demikian pula minggu ini.

Nggak efektif banget caranya. Bagaimana kita bisa implementasikan hasil2 rapat itu kalo kemudian terus menerus diadakan rapat secara simultan? Mikir aja nggak sempat. Hanya untuk mengejar target program 100 hari.

Ah udah deh, cape gue. No more over time work!

Jumat, 30 Oktober 2009

The Past - Ray Parker

Lagu yg mengingatkanku pada... mu. Dalam artinya. Apakah juga didalami sampai ke hati? (Walau nggak pas2 banget dengan sikon)

I was wrong when I hurt you
But did you have to hurt me too
Did you think revenge will make it better?
I don't care about the past
I just want our love to last
There's a way to bring us back together

[Chorus:]
I must forgive you (I must forgive you)
You must forgive me too (we must have to try)
If you wanna try to put things back the way they used to be
(honey let's start again)
'Cause there's no sense in going over and over
The same things as before
So let's not bring the past back anymore
(no looking back, we can't look back)
(honey let's start again)

Out of all the good we had
You only keep track of the bad
Though you knew I never really loved her
Didn't anyone tell you yet
That to forgive is to forget
How can you be mad if you don't remember

[Chorus:]
I must forgive you (I must forgive you)
You must forgive me too (we must have to try)
If you wanna try to put things back the way they used to be
(honey let's start again)
'Cause there's no sense in going over and over
The same things as before
So let's not bring the past back anymore
(no looking back, we can't look back)
(honey let's start again)

I must forgive you
And you must forgive me too
It's the only thing that's left that we haven't try to do
One thing I'm sure will work
That we haven't tried before
Let's not bring the past back anymore
(no looking back, no looking back)
(honey let's start again)

Selasa, 27 Oktober 2009

My Story

Kadang suka ngerasa bukan ibu yg baik.

Berangkat kantor jam 05.45 naik jemputan kantor, Luna belum bangun. Pulang kantor jam 18.30 naik jemputan kantor, terlalu malam sampai rumah sedang kantor hanya sampai jam 4. Karena ini jemputan nebeng Depkeu yg pulangnya jam 5, so nunggu dulu sampai jam 17.30. Demi penghematan bo... kalo mau cepet bisa naik taxi, tp sekali naik min 60 rb, bisa2 gaji di tengah bulan dah abis duluan. Naik bis/angkot? Hmm, not my option! Dan sepertinya sampai rumah juga sama aja waktunya, pun lebih boros ongkos daripada naik jemputan.


Lalu jatah main sama Luna paling banter 3 jam per hari. Pulang kantor pasti capek, mandi dulu, laper so maem dulu. Kadang Luna dah maem (thx Oma) kadang juga belum, jadi mesti suapin dia dulu. Nah ini dia... perlu kesabaran sendiri buat nyuapin Luna. Kemarin2 sempet lancar happ langsung mangap. Entah kenapa seminggu terakhir agak susah buat mangap. Walau gak sesusah dulu, tapi jadi lebih lama dibanding biasanya. Sedang gw dah capek seharian kerja. Jadi kadang suka nggak sabaran. Apalagi pas lagi period kemarin. Luna kayaknya tau mood mamanya lg ngaco, malah dia jadi nempel ke Oma/Pekaknya. Sedih bgt... Mama galak ya Nak?? Sama Omanya dia mau maem dg semangat tanpa ngelawan. Jadi cepet habis.


Sabtu? Karena mulai bulan ini gw mulai kuliah, jd bangun jam 6, cuci botol Luna, maem, siapin maemnya Luna (disuapin ama nanny-nya), mandi. Jam 7 berangkat krn kuliah masuk jam 8. Pulangnya sekitar jam 5 sampai rumah (karena mamanya agak 'bandel', mampir CBD Ciledug dulu, liat2 Matahari dan C4 :D). Pulang, para maid dah pulang juga.


Sampai Luna bobo jam 9-10, gw praktis hanya ngurusin dia. Tiap hari. Kurang tidur udah nggak pernah dirasa lagi sejak punya anak. Laper, belakangan deh, malah seringan gw absen makan malam drpd makan (herannya bobot gak turun2, pdhal dulu ini adalah cara menurunkan berat badan gw). Dan sering juga malah nggak mandi :) (tapi kalo gw naik jemputan sih pasti mandi, soalnya sauna).


Minggu bagi gue adalah hari memasak. Jadi gw yg masak maemnya Luna, lauk gw juga. Pokoknya gw beristirahat dari segala rutinitas dan nyoba2 masak makanan asal. Karena sekarang ada nanny, jadi bisalah sementara gw OL, Luna diajak main sama nanny-nya. Selebihnya ya sama gw, kayak mandi, maem, main, bobo. Hari Minggu ini Luna sering nempel sama gw. Mungkin krn jarang2 mamanya ada di rumah nemenin dia. Seiring malam, artinya besoknya gw harus mulai masuk kerja lg.


So pasti gw ga mungkin lagi kerjain PR di rumah, bawa kerjaan ke rumah (ini juga sebenernya nggak boleh, tp dulu sering gw lakukan). Luna bobo, gw pun dah teler. Tapi tetep aja gw harus ngeronda mimik susunya Luna, apalagi sekarang2 dia lg susah bgt minum susu. Biasanya dikasih lgsg abis, sekarang mesti nunggu bobo dulu soale kalo msh melek bakal ngeles mulu.


Gw juga ga pernah mikir2 hal lain yg sebenernya adalah yang paling utama harus dipikirkan. Yaitu bagaimana kami ke depannya. Me, you and ours. Kalo gw cuma ingat ini aja, gw bisa nangis terus2an. Gw ga nangis krn gw banyak kegiatan aja, makanya gak sempet dipikirin. Tapi hal inilah yg sedikit banyak membuat mood gw terkadang turun naik. Dan satu yang pasti, gw ingin sekali berkata pada Luna bahwa gw akan selalu menjaganya, gw gak akan ninggalin dia, gw cuma bekerja keras demi masa depannya. Apapun yang terjadi, kami akan selalu bersama, harus bisa mandiri berdua tidak tergantung siapapun.

Selasa, 20 Oktober 2009

Nggak diizinkan cuti bersalin 3 bulan

Tadi gw ke Bagian Perlengkapan di kantor, mo ngebon kertas. Pas gw masuk, eh gw liat ada temen gw, msh anak baru (maksudnya masuk awal thn 2009) alias msh menyandang status C di depan PNSnya, dah masuk kerja lagi. Pdhal seinget gw dia baru melahirkan anak kedua bulan September kemarin. Langsung aja gw datengin n gw tanya2 (wawancara ceritanya).

Tha (T): Kok dah masuk lagi sih? Kapan lahirannya?

Jawab (J): Tgl 18 September kemarin.
T: Trus masuk mulai kapan?
J: Hari Senin kemarin (tgl 19 Okt).
T: Brarti blom 40 hari dong?
J: Ya belum.
T: Kok? Bukannya harusnya 3 bulan cutinya?
J: Kan masih C(PNS).
T: Lha dulu kok temen gw boleh? (lebih tepat nanya ke diri sendiri, ingat sama temen seangkatan gw yg juga hamil dan melahirkan pas masih status CPNS tp cutinya 3 bulan).
J: (Senyum miris).
T: Jadi caesar lagi? (Temen ini kebetulan anak pertama juga lahiran caesar).
J: Iya.
T: Trus masih perih2 dong? (Kebayang2 bhw jangankan sampe 40 hari, bahkan sampai 3 bulan pas gw masuk kerja kembali abis cuti melahirkan dulu pun bekas jahitan gw msh kerasa nyut-nyut-nyut).
J: Ya iya.

Gw hanya merasa miris dan melas pada teman gw ini. Dia ya jelas duduk terus di kursinya, wong masih masa nifas. Boo... kasian banget. Gak kebayang sama sekali bagi gw harus masuk kerja lagi bahkan sebelum masa 40 hari berakhir. Gw aja merasa cuti 3 bulan itu masih kurang. Duh tega amat sih... gw sih terus terang ga tau ttg peraturan disiplin PNS dan CPNS dalam hal cuti melahirkan. Setau gw cuti melahirkan 3 bulan itu artinya 1 bulan sebelum melahirkan dan 2 bulan setelah melahirkan. Walaupun begitu banyak yg ngambil cuti pas mepet bgt ama waktu melahirkan, jd bisa 3 bulan full di rumah sama anak. Gw termasuk diantaranya.

PR nih buat instansi terkait macam Depnaker, Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN, Kementerian PAN (hahaha... sebutkan saja instansi yang ada di bawah koordinasi kantor gw :P) dan juga buat AIMI untuk memperjuangkan hak cuti melahirkan bagi pegawai wanita. Bagi gw yah, layaknya cuti melahirkan itu 6 bulan. Jadi biar lebih sukses gerakan memberi ASIX. Juga pemulihan tubuh ibu setelah melahirkan. Sayang sih, kayaknya pekerja wanita di Indonesia itu terlalu banyak tekanannya ya. Padahal hamil dan melahirkan itu kodrat wanita yang sangat mulia.

Rabu, 30 September 2009

Kuliah lagi...

Akhirnya dengan membulatkan tekad, gue mendaftar buat lanjut kul lg kemarin. Terima kasih ya ISHW, mudah2an ini adalah saat yang tepat bagi Tha utk melanjutkan pendidikan Tha. Lama amat bo, 8 th baru lanjutin kul lg. Ini juga mesti dipaksa2 buat lanjutin kul, terutama sama ortu. Pun sampai waktu pendaftaran yang dikit lagi tutup itu, gw masih diliputi kebimbangan.

Kebimbangan gw bukan ttg kemampuan gw utk kuliah, tp lebih pada, siapa yg jaga Luna selama gw kuliah. Kuliah memang dilaksanakan setiap hari Sabtu, seharian penuh dari pagi sampai malam. Soalnya sekarang kebetulan ART belum balik dan belum tahu kapan akan balik lagi. Dan nyokap gw dah tanya2 ke sekeliling, rata2 ART masing2 belum pada datang. Buat nyari baru lagi, belum ketemu.

Yah, jadi bimbang deh, soalnya kasian nyokap gw kerja semuanya. Gw gak kerja apa2... haha.. eh nggak juga sih. Kalo gw kerja yg jagain Luna nyokap gw, jadinya nyokap gak bisa ngapa2in krn anak gw ini memang nggak bisa disambi kerja. Nah kalo gw dah pulang kantor, semua urusan Luna ya gw yang pegang, so nyokap bisa ngerjain hal2 lain. Hari Sabtu adalah giliran nyokap gw sedikit bersantai, krn tidak megang Luna sama sekali. Nah kalo gw kul Sabtu brarti kan nyokap gw yg ngurusin Luna di weekend itu.


Tapi nyokap gw tetep teguh pendirian nyuruh gw kuliah. Luna biarin aja Mama yang jaga, kan ada Bapak ini kalo hari Sabtu. Haha.. ya bergantian gitu maksudnya, kalo nyokap gw nyuci, bokap gw jaga Luna. Yg bikin makanan n nyuapin nyokap gw. Dan kadang2 adik gw ikutan jagain.


Dan sisi lain dg gw kuliah lagi adalah gw gak bisa tiap minggu nginep di Depok lagi. Yah, kalo masalah ini... sampai sekarang masih belum ketemu jalan keluarnya. Papanya Luna msh nggak mau nginep di rmh ortu gw sampai sekarang. Terakhir minggu lalu, pas Luna sakit. Selebihnya nggak pernah, sebelum minggu lalu ya pas Pemilu legislatif lalu. Jadi 5 bulan kemudian baru nginep lg. Nggak tau alasannya apa. Yaa... memangnya kalo mo ketemu Luna mesti nginep dulu di Depok?? Kan enggak!!!


Anyway gw lumayan excited, akhirnya sebuah keputusan penting telah diambil. Gw emang sengaja kuliah di almamater gw dulu, pertama lokasinya deket jadi terjangkau, kedua waktunya bagi gw fleksibel, gak nyita waktu (gak mesti tiap hari pulang kerja, oh no bgt bagi gw), ketiga biaya terjangkau (bayar sendiri lho... beda sama S1 kemarin yg msh dibayarin ortu n plus ada diskon krn alumni), keempat, sedikit bny krn gw alumni sana jd tau sistem belajarnya kayak apa, ga tlalu banyak adaptasi.


Mudah2an deh gw bisa menyelesaikan kuliah gw ini sampai selesai dan dengan hasil yg baik.

Selasa, 15 September 2009

2 tahun sudah

14 September 2009, artinya genap 2 tahun usia pernikahanku. Bulan ini pula Luna berumur 14 bulan.

Dan sudah setahun lebih kami terpisah (maksudnya tinggal terpisah). Gue di rumah ortu (sini), dia di rumah ortunya (sana). Tepatnya sejak 13 Agustus 2008. 3 minggu sejak kelahiran Luna. Dengan kejadian yang dramatis (lebay.com) dan menyesakkan.


Apakah aku pernah menginap di sana? Hampir tiap akhir pekan. Apakah dia pernah menginap di sini (sejak tanggal itu?). Bisa dihitung dengan jari. Bahkan rasa2nya sudah lebih dari 3 bulan tidak pernah lagi menginap di sini.

Kami memang sedang mempunyai masalah. Yang mestinya dapat kami lalui jika kami dapat menyatukan pendapat kami. Ternyata kami tidak sependapat dalam hal pengasuhan Luna. Jadi untuk sementara kami menjalani seperti ini dulu.


Mengapa dikatakan untuk sementara? Karena gue nggak ingin terus menerus begini. Suatu saat gue akan menentukan sikap. Tapi yang jelas dan bagi gue yang merupakan harga mati adalah, kepentingan dan keselamatan serta kesejahteraan Luna adalah hal yang utama. Gue tidak mau berkompromi dalam hal ini. (See my blog here). Itulah sebabnya saya rela tinggal terpisah seperti ini. Walaupun saya harus sering menahan perasaan makan hati, kesal, gondok, tidak rela, terabaikan, teraniaya, tersakiti.......


Semoga pada akhirnya kami berdua dapat memadukan cita2 kami dahulu sebelum berniat menikah dan menjadikannya satu suara tanpa hambatan apapun. Meskipun sekarang sangat sulit karena sudah menyangkut keluarga.
Menikah memang tidak mudah...


Selasa, 04 Agustus 2009

Luna, dari bulan ke bulan (bagian 3)

Akhirnya setelah tertunda lebih dari 2 minggu, sempat juga Mama bikinkan review perkembangan Luna untuk masa-masa 4 bulan menjelang 1 tahunnya. Tepat 20 Juli kemarin Luna genap berumur 1 tahun. Nggak kerasa dah setahun aku jadi Mama. Anak yang tumbuh besar di rahimku sendiri selama 9 bulan (tepatnya 38 minggu). Setahun sudah umurnya. Ini adalah lanjutan dari review sebelumnya.

9 bulan (20 April)
Luna makin besar, kemampuannya makin banyak (dah kelamaan nih, mesti buka contekan dulu di HP, hehe..). Antara lain sudah bisa tepuk tangan. Trus kalo dibilang geleng-geleng dia bakal geleng-gelengin kepalanya (nyanyiannya Project Pop, yang leng geleng geleng geleng geleng...). Hahaha... ini nih kedemenan omnya, demen banget gangguin Luna sambil bilang geleng-geleng, soalnya Luna bakal geleng2in kepalanya. Trus udah gitu kalo dibilang "gigi" dia akan nyengir lebar hiiiii sambil pamerin giginya. Luna udah bisa duduk tegak sendiri, dari tengkurep langsung duduk. Dia udah bisa berdiri bertumpu lutut, tentunya sambil pegangan dong. Kemudian udah bisa menjejakkan kaki, masih taraf belajar, belum bisa berdiri. Tapi anehnya mulai suka manjat, berdiri aja belum bisa. Nah ini lagi yang lucu, dah bisa cilukba sendiri. Jadi dia nutupin mukanya pake lemek, trus dibuka lagi sambil ketawa sama yg ngajak main cilukba. Giginya dah tumbuh di kiri dan kanan atas, nyaris berbarengan (aduh lupa... dah 4 bulan lalu sih!). Dan yang paling Mama suka, bilang "mamamamama" hahaha... betapa bahagianya mendengar mulut mungilnya mengucapkan kata2 itu, walaupun bukan spesifik manggil Mama, tapi Mama tetap senang dia bisa berkata "Mama". Oh iya, akhirnya kesampaian juga gundulin kepalanya Luna, setelah selama ini cuma bisa dicukur biasa aja. Jadi Luna resmi gundul plontos untuk pertama kalinya. Anakku gundul! Hihihi... Imunisasi yang diberikan bulan ini yaitu DTaP ke-3 dan Polio ke-4 tetes. Hehe, akhirnya tuntas juga pemberian DTaPnya, tinggal ulangan ntar umur 18 bulan.


10 bulan (20 Mei)
Bulan ini Luna sudah mahir berdiri (pegangan tentu), tapi dah bisa cuma pegangan 1 tangan. Dia juga dah bisa meniup, bisik2, dan ngomongnya suka nggerundel gitu, nggak jelas maksudnya. Luna udah bisa dadah lho, tapi dadahnya kayak gerakan mencengkeram buka-tutup gitu, hehehe... lucu deh. Nah ini dia, Luna dah gape merangkak, jadi merangkaknya makin gila2an, kesana kemari asal aja, apa nggak sakit ya itu lutut kena lantai. Luna juga mulai mengerti kata2, kalo kita bilang gambar dia akan liat lukisan di tembok kamar tamu, kakak Aya, dia liat foto keponakan yg digantung di tembok. Bilang jam, dia akan memandang ke arah jam dinding. Paling tau sih lampu, maka dia akan memandang ke arah lampu. Oh iya, sekarang bukan waktunya lagi bubur susu, tetapi meningkat ke bubur nasi saring. Jadi bubur susu itu buat sarapan doang. Imunisasi yang diberikan yaitu Campak. Hm, berarti Luna dah dapet semua imunisasi dasar, lengkap sudah semuanya. Tinggal yang anjuran2 aja, nanti aja kalo udah setahun deh, hehe...

Bulan ini Luna sudah mahir berdiri (pegangan tentu), tapi dah bisa cuma pegangan 1 tangan. Dia juga dah bisa meniup, bisik2, dan ngomongnya suka nggerundel gitu, nggak jelas maksudnya. Luna udah bisa dadah lho, tapi dadahnya kayak gerakan mencengkeram buka-tutup gitu, hehehe... lucu deh. Nah ini dia, Luna dah gape merangkak, jadi merangkaknya makin gila2an, kesana kemari asal aja, apa nggak sakit ya itu lutut kena lantai. Luna juga mulai mengerti kata2, kalo kita bilang gambar dia akan liat lukisan di tembok kamar tamu, kakak Aya, dia liat foto keponakan yg digantung di tembok. Bilang jam, dia akan memandang ke arah jam dinding. Paling tau sih lampu, maka dia akan memandang ke arah lampu. Oh iya, sekarang bukan waktunya lagi bubur susu, tetapi meningkat ke bubur nasi saring. Jadi bubur susu itu buat sarapan doang. Imunisasi yang diberikan yaitu Campak. Hm, berarti Luna dah dapet semua imunisasi dasar, lengkap sudah semuanya. Tinggal yang anjuran2 aja, nanti aja kalo udah setahun deh, hehe...


11 bulan (20 Juni)
Bulan ini Luna dah bisa rembetan, walau sebatas di cribnya. Kadang juga berdiri di lantai kemudian ngerembetin pintu. Berdirinya juga dah bisa gantian pegangan, misalnya dia pake tangan kanan kemudian pindah pake tangan kiri. Nah, dia juga makin bisa manjat! Pokoknya apa2 dipanjatin deh. Kosakatanya juga makin banyak. Sekarang Luna bisa mengasosiasikan kata2, dah mulai bisa dikasitau itu namanya apa, ini namanya apa. Tapi perkembangan emosinya juga ada, yaitu mulai bisa ngambek kalo dilarang ngapain dia udah bisa marah. Misalnya minta gendong, dia di crib, sedangkan nggak langsung diangkat, dia akan teriak keras sambil ndermimil, hehe, lucu jadinya. Bukannya marah malah bikin ketawa, abis lucu sih.
12 bulan (20 Juli) - HAPPY BIRTHDAY 1st my beloved girl!!
Nah... inilah hari yang ditunggu2, akhirnya Luna genap berumur 1 tahun! Titik aman pertama. Luna dah bisa berdiri sendiri tanpa pegangan, walau nggak lama, tapi bisalah sambil tepuk tangan. Hahaha... lucu aja liatnya. Luna juga dah berani merembet di lantai. Awalnya takut2, sempet jatuh, tapi untungnya ngggak kapok, lama2 bisa tuh. Nah sekarang juga udah tau joget2, kalo ada lagu tangannya gerak2 kayak ngulek gitu, hehe. Luna juga udah bisa bergaya nelpon lho kalo megang HP, itu HP ditempelin ke kepalanya. Trus HP itu kan dilock, nah dia udah tau walaupun belum bisa buka locknya, bisa mencet tombol mana yg bikin lampu layarnya menyala. Kalo liat layar HP itu ada fotonya, dia bakal nyengir. Senengnya denger lagunya Vidi Aldiano yang Nuansa Bening (ini sih Mamanya yang demen). Dan satu lagi, Luna menjadi penggila iklan. Makan bisa cepet asal sambil nonton iklan. Apalagi kalo iklan yang tentang bayi2 gitu kayak susu, produk bayi. Bisa nyengir dia.
Genap 1 tahun, berarti suka tidak suka, mau tidak mau, Mama harus mulai bisa beraktivitas yang normal seperti dulu sebelum hamil. Yaitu, harus bisa lembur kalo diperlukan, keluar kota. Apalagi sekarang kantor Mama mulai menerapkan peraturan lama tapi baru, yaitu jam masuk dan jam pulang diperketat. Nggak bisa lagi deh Mama berangkat agak siangan pulang agak cepetan biar cepat sampai rumah. Jadi sekarang Mama harus berangkat pagi2 jam 05.45 dan pulang jam 16.00 (tapi berhubung nebeng jemputan, Mama baru bisa naik jemputan Depkeu jam 17.00), yang mana sampai rumah jam 18.30. Huhu...13 jam Mama diluar rumah. Untungnya sekarang jam bobo Luna mundur jadi jam 20.30-21.00, malah kadang 21.30. Jadi masih sempet mainan sama malaikat Mama tersayang. Hmm.. setahun jadi Mama, hanya berdoa semoga Mama terus diberi kekuatan supaya dapat selalu menjadi Mama yang terbaik bagi Luna.


Senin, 03 Agustus 2009

Kenapa saya gak mau pake BS

Hanya curahan hati saja

Apa salah jika saya lebih mempercayakan mama saya untuk mengasuh anak saya sendiri dibanding BS/ART? Di zaman sekarang ini dimana susah sekali mencari orang yang penuh dedikasi untuk bekerja, padahal zaman susah mencari kerja. Apa saya bisa percaya pada orang lain yang benar2 asing bagi saya untuk merawat anak saya yang saya kandung selama 9 bulan lamanya, yang saya tidak tahu asal usulnya. Salahkah jalan saya ini? Secara insting saya memang lebih percaya sama mama saya, bahkan saya mengakui saya masih kurang sabar menghadapi anak saya, terutama memberinya makan.


Mama saya memang dibantu oleh ART dalam mengasuh anak saya, tapi ya sesuai namanya, hanya membantu. Harus saya akui, sayapun kadang merasakan bahwa mama saya memang terlalu perfect, saya memutuskan percaya saja pada ART untuk mencuci baju2 saya dan anak, tapi mama saya berkata bahwa ART kurang bersih mencucinya, nanti anak saya gatal2 kalau memakainya. Saya mau bilang apa, saya pasrah baju2 saya dicuci ART karena saya nggak mau mama saya terlalu capai.

Selesai urusan cuci mencuci, urusan makanan. Tahukah bahwa 100% makanan yang dikonsumsi yang diberikan kepada anak saya dibuat oleh mama saya sendiri. Maksudnya bukan ART yang membuatnya. Bahkan walaupun dahulu anak saya makannya bubur isntan, tetap mama saya yang membuatnya. 


Demikian juga susunya, selalu mama saya yang membuat. Pemberian obat dan sebagainya juga mama saya yang memberi. ART memang bisa menyuapi anak saya makanan, tetapi cuma sebatas itu. Untuk memberi susu, tetap mama saya yang melakukan. Kebetulan anak saya memang agak sulit pembawaannya, jadi pendekatannya mesti khusus biar dia mau makan dan minum. Ketelatenan ini yang kadang2 pun saya merasa kurang memilikinya. Mungkin karena saya kelelahan bekerja.

Lalu... kenapa saya harus setuju untuk memercayai BS/ART untuk merawat anak saya? Walaupun diawasi, tetap saja kan BS/ART yang mengasuh. Yang saya inginkan adalah anak saya diasuh 100% oleh orang yang memang bersungguh2 merawatnya. Dan saya yakin itu tidak terdapat pada BS/ART, melainkan mama saya bisa. Karena itu saya tinggal sama mama.


Urusan bermain, mungkin itu satu2nya hal yang bisa dibagi berbagi ART. Karena mama saya juga suka mengerjakan pekerjaan rumah, maka di saat mama saya sibuk, ART yang menemani anak saya. Selain itu, tetap mama saya yang memegang kendali. Nyatanya, bisa dilihat sendiri, anak saya sehat lincah, walaupun badannya kecil, tetapi tenaganya ada. Jadi, ngapain saya mesti ngorbanin dirinya supaya saya bisa ... (isi sendiri). Anak saya terlalu berharga untuk itu.


Masih banyak cerita lainnya seputar keseraman tindak tanduk BS/ART, yang sayangnya umum terjadi, yang tidak dapat saya bayangkan jika terjadi pada anak saya. Lebih baik saya yang mengalah asal anak saya tumbuh sehat. Saya rela berkorban demi kehidupan anak saya yang lebih baik dari saya. Apapun akan saya lakukan untuknya. Saya sudah dianugerahinya oleh Yang Kuasa, haruskah saya mengorbankannya demi ego saya? TIDAK!


Sekarang saya sudah memilih jalan ini. Saya harap semua akan baik2 saja padanya.

Minggu, 12 Juli 2009

Andai aku bisa menyusui

Andai aku bisa menyusui... aku nggak akan memberi anakku makan sebelum umurnya genap 6 bulan. Sayangnya banyak ibu yang bisa menyusui malah mulai memberikan makan anaknya sebelum umur bayinya 6 bulan. Padahal bayinya bisa menyusui dengan baik dan beratnya pun normal.

Luna sayangnya memang bukan bayi ASI. Jadi terpaksa sejak kecil dia minum sufor. Dia nggak bisa mengisap dengan baik. Padahal ASIku keluar, walau mungkin nggak deras tapi aku percaya kalo itu cukup. Tak kirain krn puting yg mendelep, ternyata bukan. Bahkan dia minum susu botol pun juga nggak bisa banyak. Kalau bayi lain bisa sekali minum mencapai 90 cc di umurnya belum genap 3 bulan, Luna bahkan sampai sekarang masih minum susu 90 cc, yang mana sekarang nggak bisa sekali minum habis. 

Kemarin baru saja baca majalah Ayah Bunda yang baru terbit, ada kelainan pada bayi antara lain kemampuan mengisap dan menelan. Dan 2 hal itu Luna boleh dibilang lemah. Mengisap ASI dia nggak bisa, mengisap susu botol dia nggak bisa banyak2. Menelan makanan, bisa sih, tapi untuk memberinya makan butuh kesabaran khusus. Sampai sekarang dia belum bisa minum dari sedotan, apalagi gelas langsung. Pernah dicoba memberikan training cup, malah dibuat mainan. Makanannya, sampai sekarang masih bubur saring.


Padahal mestinya paling nggak bisa yg agak kasar untuk melatih kemampuan mengunyah, apalagi Luna sudah punya gigi yg lumayan banyak. Kalo dikasih buah potong kecil sekali, bukannya dikunyah malah ditelan langsung, yg jadinya keselek, jadi aku kuatir memberi makanan yg tidak lembek. 

Kembali ke artikel di majalah Ayahbunda kemarin, apa perlu ya kubawa Luna ke dokter spesialis saraf anak, buat mengecek apakah ada kelainan dalam saraf yang berhubungan dengan kemampuan makan minum. Sedih juga, sampai2 bertanya2 dalam hari apa salahku selama hamil sampai2 saraf untuk makan-minum bermasalah gitu? Kuatir aja kalo dia kekurangan asupan gizi yang berpengaruh pada kecerdasannya.

Kamis, 09 Juli 2009

Anakku, Mama sayang kamu...

Luna, anak Mama sayang...

Maafkan Mama kalau belum bisa menjadi mama yang baik bagimu. Mama sangat ingin bisa memberikan yang terbaik, apapun itu, buat kamu, di tengah keterbatasan Mama. Mama masih sangat jauh dari sempurna, Mama masih suka nggak sabar memberimu makan dan minum, Mama masih sering, bahkan terlalu sering, merasa capek sepulang kantor sehingga terkadang Mama terbawa emosi saat harus menghadapi kesulitan makan kamu.


Sampai sekarang Mama masih nggak ngerti kenapa kamu susah sekali Mama suapi. Kenapa kamu susah sekali membuka mulutmu, walaupun sudah memegang banyak mainan. Kenapa kamu susah sekali menghabiskan susu yang hanya 90 cc di saat bayi lain seumuran kamu bisa menghabiskan mulai 120 cc, bahkan sampai 200 cc. Dan akhirnya Mama teringat di saat kamu baru lahir, kenapa kamu susah sekali menghisap puting Mama. Apakah itu semua berhubungan sampai sekarang dengan kebiasaan makan dan minum kamu. Mama nggak ingin Luna seperti Mama sekarang.

Hanya karena kebesaran Hyang Widhi dan ketelatenan Oma lah, Mama bisa menjadi seperti sekarang, di tengah keraguan Pekak dan Oma apakah Mama di kala besar bisa lancar bersekolah karena sering sakit2an, kuatkah bekerja di luar rumah tiap hari seharian dari pagi sampai sore, apakah nanti ada yang mau memperistri Mama, bagaimana nanti kalau hamil, melahirkan dan punya anak nanti?


Ya, Mama, seumur hidup, bahkan sampai sekarang, terus menghadapi keraguan Pekak dan Oma, karena Mama memang kebetulan diberi keterbatasan kemampuan fisik yang tangguh, karena Mama mengidap asma sejak Mama kecil. Bahkan sampai2 Pekak meragukan Mama untuk belajar menyetir mobil, yang menyebabkan Mama sampai sekarang satu2nya anak Pekak dan Oma yang nggak bisa bawa mobil. Alasannya, lagi2 fisik.

Nyatanya? Mama sukses bersekolah, walau sekolah yang dekat2 rumah, dan Mama tidak mengalami hambatan apapun dalam bersekolah, nilai Mama tergolong bagus. Mungkin hambatannya adalah Mama di waktu SD tidak pernah mengikuti pelajaran olahraga, karena dulu waktu SD jika Mama terlalu banyak bermain/bergerak, malamnya Mama akan kumat asmanya sampai2 sulit bernapas. Dulu datang RS adalah langganan Mama, dokter spesialis paru2 Mama yang sering Mama datangi dulu sekarang termasuk dalam tim kedokteran kepresidenan lho.

Mama di waktu remaja nggak pernah yang namanya jalan2 sama teman jauh2. Pekak dan Oma sangat melindungi Mama. Bagi Mama malah terlalu protektif. Dulu Mama merasa sangat tersiksa karena ruang gerak Mama terlalu dibatasi. Setelah bekerja, sedikit demi sedikit Mama mulai banyak diberi kebebasan bergerak.


Apalagi sejak Mama bergabung sebagai PNS di Kesra. Mama banyak dikirim ke daerah2 dalam rangka menjalankan dinas mengikuti kunjungan Menko Kesra sebagai tim Humas. Artinya Mama mesti dituntut bergerak serba cepat, karena Mama harus mendokumentasikan kegiatan Pak Menteri. Kekuatan fisik Mama harus prima.

Untungnya sejauh ini Mama bisa melaksanakan tugas2 tersebut dengan baik. Dan sepulang dari bertugas, dengan beristirahat sejenak Mama sudah fit kembali. Mama senang sekali, karena ini adalah pembuktian bahwa Mama sebenarnya BISA melakukan kegiatan apapun, asalkan Mama tidak terlalu lelah.


Mama ingat sekali, sepulangnya Mama dari diklat Prajabatan (Jumat malam), besok paginya Mama mesti berangkat tugas ke Manado (pagi hari). Dengan waktu yang sempit Mama mempersiapkan semuanya, yang terpaksa mengurangi jatah istirahat Mama. Jumat malam jam 10 Mama sampai rumah, bersiap2 packing sampai jam 12, kemudian tidur, jam 4 subuh Mama bangun bersiap2 berangkat ke bandara jam 5 subuh, pesawat berangkat jam 7.

Sampai di Manado barulah Mama bisa beristirahat, tapi Mama nggak bisa tidur. Besoknya acara di Buyat yang harus ditempuh perjalanan darat 4 jam dari Manado, maka besok subuh Mama harus siap2 berangkat ke Buyat. Pas acara puncaknya, berlangsung seharian dan berpindah tempat, Mama lakukan dengan semangat memanggul kamera video beserta kakinya kemanapun mengikuti perjalanan Pak Menteri.

Kalau tidak salah saat Mama masih di Manado, Oma mengirim SMS ke Mama, isinya forward dari SMS Pekak ke Oma, kalau Pekak sangat bangga sama Mama (Pekak kebetulan ikut dalam acara di Manado ini), karena Pekak nggak nyangka Mama bisa kuat mengikuti seluruh rangkaian kegiatan kunjungan kerja Pak Menteri.


Oh... nggak tau gimana rasanya, ya Mama lelah, tapi Mama nggak nyangka kalo Pekak dan Oma begitu mengkuatirkan kesehatan Mama demikian dalamnya, padahal Mama malah merasa biasa aja! Mama nggak pernah kumat lagi (bandingkan dengan Kepala Protokol, sebagai sesama pengidap asma parah, yang bolak balik menghirup inhalernya). Mama nggak pernah kumat separah itu semenjak Mama besar.

Dan karena kekuatiran orangtua yang demikian besar inilah akhirnya Mama harus melahirkan kamu dengan cara caesar, padahal Mama ingin melahirkan kamu secara normal. Sampai sekarang Mama nggak pernah tahu apakah sebenarnya Mama bisa kuat melahirkan kamu dengan cara normal atau tidak (kalau Pekak dan Oma jelas nggak percaya Mama bisa melahirkan normal). Tapi ya sudahlah... yang penting kamu lahir sehat dan selamat.

Sekali lagi Mama nggak ingin kamu mengalami kehidupan kayak Mama. Makanya Mama agak sedikit berkeras supaya kamu bisa makan dan minum yang cukup memenuhi gizi kamu. Mama sedih karena berat kamu kalau di grafik KMS sudah berwarna kuning. Mama sudah pasrah dengan beratmu di umur 11,5 bulan yang belum juga mencapai 8 kg, sedangkan menurut Oma di seumur kamu Mama sudah 8,5 kg.


Mama juga termasuk anak yang sulit makan, tetapi mau mangap, hanya saja lama sekali sampai 3 jam karena ngemut dan sesedikit2nya Mama minum, sekali minum Mama bisa 120-150 cc (bandingkan sama Om dan Tante kamu yang bisa 1 botol tinggi full). Mama kuatir dengan kondisimu, walau Mama banyak menghibur diri, bahwa perkembangan anak berbeda2, tetapi tetap Mama nggak bisa menyembunyikan rasa kuatir Mama.

Kamu memang lasak, sangat aktif, susah disambi, sesuatu yang menurut Pekak mungkin kamu rapel dari Mama, karena Mama di waktu kecil benar2 pasif nggak banyak gerak. Mama berharap mudah2an keaktifan kamu ini berarti perkembangan kamu normal, walaupun secara fisik nggak gemuk, dan sangat berharap juga perkembangan intelegensia kamu dapat melebihi Mama.

Luna anak Mama sayang... kalau Mama bisa... Mama ingin semua rasa tidak enak yg ada pada diri kamu dipindahkan saja ke tubuh Mama... Mama mau merasakan apa saja rasa sakit dan nggak enak dari diri kamu, yang penting Luna sehat selalu seterusnya.


Luna, Mama sayang sama Luna... sayang sekali... Maafkan Mama kalau sampai sekarang Mama belum bisa memberikan situasi yang terbaik untuk tumbuh kembang kamu, tapi Mama selalu berusaha supaya kamu berbahagia dan dapat tegar menghadapi hidup. Mama ingin Luna lebih baik lagi dari Mama.

Selasa, 07 Juli 2009

My name is

Mungkin banyak yang bingung dengan nama gue, karena kalo gw menyebut nama panggilan, kadang suka ditanya : "kok dipanggilnya Mita?"

Baiklah. Nama lengkap gue terdiri dari 5 kata. Panjang kan? Dan panggilan gue adalah 4 huruf terakhir dari nama lengkap gue (dari kata yang terakhir). Memang gue kalo menulis suka membahasakan diri dengan panggilan Tha, ya karena itu adalah panggilan singkat gue.

Berhubung panjangnya nama, gue hampir selalu tidak pernah menyertakan kata yang terakhir itu, yang merupakan asal dari nama panggilan gue. Jadi kata terakhir seringan gue singkat aja. Di KTP gue singkat, di FB nggak gue cantumin, di paspor juga nggak kecantum.

Nah berhubung gue dipanggil Mita dan nama itu jarang gue cantumin, orang jadi sering bertanya2 darimana gue dapat panggilan Mita. Ya gimana gue mo jelasinnya, mesti ngomong panjang lebar baru jelas.


Makanya dari zaman sekolah, kuliah sampai kerja, panggilan gue berbeda2. Teman2 sekolah, dari SD-SMA rata2 mengenal gue dengan panggilan Made. Cuma dikit yg tau Mita, kecuali yg sehari2 sering bergaul sama gue. Kuliah gue dipanggil Thatha. Hehe, ini sih panggilan iseng aja, terisnpirasi dari ponakan gw wkt masih kecil (dan sampai sekarang) dia nggak bisa bilang tante Mita, jadi manggilnya Thatha (tapi sering juga ditulis Tata sama temen2 gue). Pas kerja, gue balik lagi ke panggilan Mita.

Nah, tapi untuk penulisan di nametag, ada 2 versi nih. Nametag pertama, tertulis 3 kata pertama nama gue (yang merupakan nama Bali) disingkat. Jadi gue mendapat panggilan baru dari orang yang baca nametag, Citra. Nametag kedua, gue ganti lagi, kali ini (tetap seperti biasa) tanpa kata terakhir, dan kata ke 4 disingkat. Jadi orang lain kembali memanggil Made. Kalo ditanya panggilannya, kembali gue sebut Mita, dan biasanya yg nanya malah balik bingung.

Makanya waktu gue menamakan anak gue, gue gak pengen nanti besarnya dia bakal kerepotan dengan namanya lagi. Hehe, tapi bukan berarti gue gak menghargai nama pemberian ortu lho. Nama yang singkat (singkat mah masih 4 kata juga) dan mudah diingat. Sebenernya namanya terdiri dari 4 kata, 2 kata pertama nama Bali, 2 kata pertama memang namanya dia.

Senin, 06 Juli 2009

Sama dan Mirip

Ceritanya abang ipar gw akan married pertengahan bulan ini. Weekend kemarin gw nginep di rumah mertua. Dan gw liat draft undangannya. Lho, kok mirip undangan punya gue dulu? Bahkan fontnya pun sama, kecuali nama pengantin beserta fontasinya, lokasi, peta, kutipan sloka dan desain inisial, tapi selebihnya sama bener. Serupa tapi tak sama.

Ternyata kata suami gue, emang desainnya meniru punya kita dulu. Hahaha... gw ketawa ngakak jadinya. Sejujurnya aja gw juga nggak puas sama hasil jadi dari undangan gue itu, biarpun gue yg desain. Ternyata gue salah desain! Salah setting, jadinya kesan yg diharapkan gak sesuai keinginan.

Duh, tau gitu kan bisa gue bikinkan desain lain yg lebih bagus dan indah, secara gw emang demen mendesain2 undangan, album foto. Itung2 melampiaskan kegemasan sama bentuk undangan gue yg gak sesuai harapan itu. Btw gambarnya kapan2 gw upload deh, kemarin lupa dipotret.

Hanya Impian

Liat2 foto2 teman2 yg baru punya anak (maksudnya masih bayi, dibawah 40 hari) jadi pengen punya anak lagi. Kayaknya menyenangkan banget menggendong bayi yang masih senang tertidur di gendongan, masih merah, masih berwajah bayi baru, kecil mungil ringkih. Tapi kalo inget betapa menyesakkannya pengalamanku pasca melahirkan, rasanya nggak mau punya anak lagi. Cukup 1 aja. Pengalaman kemarin aja belum sepenuhnya terlupakan sampai sekarang.

Entahlah. Mungkin waktu yang akan membuatku akan berubah pikiran, atau tetap dengan perasaan saat ini : cukup 1 anak. Dalam hati sih pingin anak 2. Pengen bisa merasakan indahnya menyusui anak. Dan pengen memperbaiki kesalahan2 yang pernah dilakukan semasa merawat Luna kecil yang bulan ini akan berumur 1 tahun. Nggak puas rasanya menikmati masa bayi Luna yang sebentar lagi akan berakhir memasuki masa balita.

Senin, 08 Juni 2009

Pasien vs Dokter

Sekarang lagi heboh banget pemberitaan tentang kasus Prita Mulyasari vs RS Omni International (baca: pasien vs rumah sakit). Terlepas dari pemberitaan tersebut, sejauh ini pengalaman gue berurusan dgn RS untungnya tidak seburuk itu. Dan menyoal klaim pencemaran nama baik (hare gene.. plis deh), pernah gw iseng2 search nama dokter kandungan gw yang nanganin kelahiran anak gue (dokter kandungan gw ada 5 bok!). Dan ada ternyata posting yang bernada negatif tentang dokter tersebut.

Nyatanya? Gak ada kan tuntutan dari dokter gw itu ke penulis komen tsb. Dan nyatanya gw juga so far merasa fine2 aja sama pak dokter, tidak ada keluhan. Memang beliau orangnya rodo kaku, tp sejauh ini gw ga ada masalah selama periksa ke beliau. Dokter ini adalah referensi dari orang yg kapabilitasnya gak gw ragukan. Dan juga RSB YPK tempat gue melahirkan kemarin memberikan servis yang amat baik menurut gue, bener2 customer oriented. Pun waktu gw search (lagi2!) ternyata ada berita minusnya juga (hehehe.. search sendiri deh di google). Dan nggak ada tuh tuntutan dari RS ke pasiennya.

Yah apapun itu, profesi memberikan jasa memang harus mengutamakan kepentingan customer, seburuk2nya si customer. Pokoknya pelanggan/pembeli adalah raja, itu adalah harga mati.


Kembali ke kasus Prita, mestinya RS Omni melakukan mediasi, nggak lantas pake ini-itu buat menjerat orang dengan pasal karet. Jadi hasilnya sama2 enak. Perkara nanti Prita diputus bersalah atau bukan, yang jelas Omni telah melakukan blunder besar, memperkarakan pasien yang komplain ttg pelayanannya, sekritis dan sepedas apapun si pasien mengkritik (kebetulan gw baru cari ttg Omni di WK, banyak juga keluhannya ya).

Sabtu, 30 Mei 2009

Sharing dong moms, yang anaknya dah dikasih imunisasi MMR

Saya rencana memberikan imunisasi MMR ke anak saya.. yah walaupun deg2an dengan berita2 tentang autisme, tetapi banyak juga yang menyebutkan bahwa imunisasi ini aman.

Nah pertanyaannya... bagi yang anaknya dah dikasih imunisasi MMR, pas umur berapa dikasihnya? Trus bagi yang dikasihnya terlambat (setelah umur 15 bulan,kalo jadwal imunisasi MMR kan dikasih umur 15 bulan), apa pertimbangannya? Soalnya masih perlu banyak cerita positif dulu nih... maklum, kita kan ingin yang terbaik buat anak kita!

Saya sendiri berencana memberikannya setelah berumur 2 tahun, jadi sudah bisa bicara kan.

Minggu, 24 Mei 2009

Nasi tim, bubur saring maemnya Luna

Mungkin agak terlambat (telat banget malah) tapi di usia Luna yang 10 bulan Mei ini gue harus mulai segera membiasakan dia untuk makan bubur nasi saring atau tim (whatever lah namanya), jadi biar gak keenakan di bubur susu n buah kerok terus (emaknya juga biar jangan terlena, malas2an membuat bubur saring, walah!).

Berhubung si mama Luna masih taraf coba2 dan berdasar ingatan akan cara2 membuat bubur saring untuk keponakannya dulu (bukan gue yg buat lho ya, tapi kakak gw alias emaknya), tahap pertama gue rebus daging cincang buat dijadiin kaldu, trus dari kaldu itu gue tambahin nasi 1 sendok. Jadinya, terlalu kental. Trus gue coba saring (pake saringan plastik). Tapi adouh!!! Lama banget! Akhirnya gue blender aja. Sukses, tapi alhasil nyuci blendernya bikin kegemasan tersendiri, harus disikat2 sampe ke pisau2nya (malas mode.com).


Terakhir si bubur blender itu gue tambahin keju parut gagal (kenapa gagal? karena marutnya bukan pake parutan, tapi pake benda apaan tuh ga tau namanya, hadiah dr kakak gue, permukaannya kasar n rada2 berduri, bolong2... halah... susah amat deh jelasinnya ya!). Karena frustasi, nasi tim campur keju gagal ini dicoba disuapkan ke Luna. Awalnya.. toleh sana toleh sini menghindari sendok. Tp lama2 mau juga. Untung buatnya dikit, gue juga gak mau kali kalo disuruh makan itu! Hehehe...

Hmm.. belajar dari pengalaman ini, besoknya gue masak kaldunya terpisah dengan masak bubur, jadi bikin bubur nasi dulu pake air putih biasa, trus di panci lain rebus daging cincang buat bikin kaldu. Dan... voila! Ternyata nyokap punya toh saringan kawat! Hahaha... berasa dapat lotere gue, gak perlu pake blender lagi (baca: gak perlu nyuci blender). Pertama2 gue saring daging cincang, kemudian gue saring bubur nasi.


Tapi.. ternyata gue bikinnya kebanyakan! Jadi bisa buat 2x makan. Akhirnya gue bagi 2 itu bubur, gue kasih keju remes tangan (masih kesulitan nyari dimana si mama nyimpen parutan keju). Dan hasilnya, Luna maem sangat lahap! Yess!! Berhasil! Pdhal gue sempet ngira Lun gak mau, secara bubur saring ini kan lebih kasar daripada bubur susu.

Jam maem berikutnya, si bubur dah gak terlalu kental. Ternyata gue bagi buburnya kurang imbang antara bubur nasi n air kaldu daging. Jadi di bagian bubur pertama tadi cukup kental, sedangkan bagian keduanya kebanyakan kaldu. Ya sudah deh. Gue tambah keju remas lagi. Kali ini Luna maemnya nggak abis (apa karena gue yg nyuapin ya? Hiks..).

Nah... jadi semangat bikin nasi saring lagi. Kali ini rencananya menggunakan slow cooker yang udah lama mangkrak di tempatnya, karena gue bingung cara pakenya! Haduh banget deh, bener2 mamanya Luna paling bego soal makanan bayi. Masalah resep, yah tinggal bisa2nya gue aja dan mood gue mo bikin kayak gimana. Tinggal siap2 buat bangun extra pagi nyiapin maem Luna tiap hari.. nah kayaknya bagian ini yang terberat deh! Huhu... Lun.. kapan ya kamu besar, biar bisa makan masakannya Oma bareng2 Mama! Hehehe...

Oya... tulungin gw dong gimana caranya bikin nasi tim pake slow cooker ya... n terutama nih, berapa jam harus dicolok. Soalnya gw pernah coba mulai jam 10 malam, eh besoknya airnya dah kering! Ditunggu sharingnya ya!

Selasa, 19 Mei 2009

Terpaksa dihapus

Akhirnya setelah menimbang2 dengan seksama, terpaksa saya menghapus salah satu teman di list friend Facebook saya, dan juga menarik diri dari keanggotaan di salah satu fan group yang didirikan oleh teman tersebut. Apa sebabnya? Kalau kata nyanyian, it's all about the money...

Ceritanya... teman saya ini (masih kuliah, berumur kurleb 21 tahun) mau pinjam uang. Ya saya pinjami. Jumlahnya pun saya tidak ingat lagi. Oh, iya, teman ini saya anggap adik, yang kebetulan punya kelebihan dibanding saya. Terus beberapa lama kemudian ia ingin meminjam uang lagi. Dan saya pinjami lagi. Juga lagi2 saya tidak ingat jumlahnya berapa.

Lama2 kemudian ia ingin meminjam lagi, dan nominalnya kali ini terasa lumayan besar bagi saya. Saya tidak enak menjawab 'tidak' di SMS, karena saya banyak minta tolong juga padanya. Tetapi untuk menjawab 'iya' pun keuangan saya juga tidak memungkinkan. Banyak keperluan saya, dimana jika ada orang lain yang meminjam dalam jumlah sekian, bagi saya rasanya terus terang cukup mengganggu likuiditas saya. Maka saya acuhkan saya SMS itu. Gimana sih rasanya, jawab 'tidak' rasanya nggak enak, sedangkan bilang 'ya' rasanya lebih nggak enak lagi.

Mama saya heran, kenapa teman ini bolak balik minjam, sebab setahunya orang tuanya cukup berada. Bertanyalah ia kepada seseorang. Dan melalui beberapa tahapan akhirnya semua ini diputuskan diberitahu kepada ibu yang bersangkutan. Saya sendiri nda masalah dengan jumlah uang yang telah dipinjamkan teman ini, totalnya berapa pun saya sudah lupa, juga kapan saja saya transfer. Bagi saya, anggaplah itu bantuan untuk teman, saya nda permasalahkan apakah akan dikembalikan atau tidak, apalagi terpikir untuk menagih, tidak sama sekali. Ikhlas seikhlas2nya.

Yang mengejutkan, minggu lalu saya ditelepon oleh ibu teman saya ini. Dengan suara yang terdengar seperti menahan tangis, si ibu ingin mengembalikan semua uang yang telah dipinjam si anak dari saya, kakak saya dan adik saya. Sang ibu menanyakan nomor rekening saya, dan berulang kali menyatakan sangat malu atas perbuatan anaknya yang menurutnya telah menyusahkan kami.


Saya bingung menghadapinya, karena ibu itu terdengar sangat terpukul, malu dan bingung. Kebetulan sinyal di ruangan saya di kantor nda begitu bagus, suaranya terdengar terbata2. Saya katakan (dengan nada bingung) bahwa hal itu tidak menjadi masalah bagi saya. Terus terang saya bingung menghadapinya.

Akhirnya saya katakan bahwa silakan menghubungi saja mama saya (karena ibu ini berkali2 minta maaf, jengah lho rasanya). Si ibu bertanya, saya ada dimana. Saya bilang saya lagi ada di kantor. Langsung si ibu meminta maaf bertubi2 terbata2 dan menutup teleponnya tanpa sempat saya bilang apa2 lagi.

CATAT: Saya merasa berkata biasa saja, tidak ada nada kesal, marah atau apa, apalagi dengan nada nggak sopan. Juga saya tidak merasa berkata2 apapun yang merendahkan. Hanya bingung saja mau berbuat apa. Karena hal ini akan berhubungan dengan paragraf berikutnya.

Dan yang terakhir ini bikin saya CUKUP KEKI. Seseorang yang MERASA wali dari si anak ini menelepon mama saya, bertanya seperti menginterogasi. Karena dengan pertemuan dengan si anak dan ibunya, dia mendapati fakta bahwa anak ini juga telah meminjam ke beberapa orang selain ke kakak dan adik saya. Dan KATANYA NIH YA... saya telah berkata SECARA TIDAK SOPAN KEPADA IBU SI TEMAN INI sampai ibu tersebut menangis. Ya saya mana tau!


Saya juga bingung, bicara dengan orang yang sambil menangis kepada saya, padahal bagi saya semua itu tidak menjadi masalah. Saya berusaha bicara sebaik2nya, tapi ada seseorang yang tidak tau apa2 tentang masalah ini langsung mengambil kesimpulan bahwa saya telah berkata tidak sopan kepada ibu si teman.

Dan yang lebih keki lagi, dia pake ungkit2 nama orang lain yang tidak ada hubungannya dengan masalah ini, yang kalo dihubungkan dengan mama saya, as if (seolah2) mama saya telah gagal mendidik anak2nya (karena KATANYA saya telah berkata2 tidak sopan kepada anak asuhnya). Juga mengakunya, chatting facebook saya dengan si teman pun diungkit pula, dimana hal itu tidak ada hubungannya. BENER2 KETERLALUAN!

Saya jadi malas berhubungan dengan si teman. Alih2 meluruskan masalah ke ibunya bahwa saya memang telah membantunya, dan juga menjelaskan kepada walinya kejadian yang sebenarnya, malah beliau (yang saya pantau sejauh ini) diam saja tidak bergeming. Saya malas berkata seperti ini, tapi bukankah saya telah membantunya dengan ikhlas? Tanpa mengharap dikembalikan.


Perkara saya tidak punya uang untuk dipinjami, memang demikian adanya. Saya juga punya banyak keperluan lainnya. Saya bukan orang yang berkecukupan sekali untuk bisa terus2an dipinjami. Bahkan sebenarnya saya perlu pinjaman juga tapi selama saya masih bisa berjuang sendiri, akan saya usahakan.

Hanya Tuhan yang tahu yang sebenarnya. Sejauh ini saya merasa saya masih bisa untuk tidak mengungkit2 hal tersebut. Tapi rasanya susah juga, secara saya merasa telah disudutkan (dalam posisi saya sebagai pemberi pinjaman, nilai saja sendiri bagaimana!). Yang minjami (baca: ngasih pertolongan) kok malah dihakimi. Disebut2 macam2lah, apalagi sama si orang sok tau, yang dengan entengnya bilang saya nggak sopan ngomongnya. Saya pengen tau, sungguh, apakah nanti anak2nya bisa sukses lebih dari kami? Serius! Yang saya tau malah, selalu berbuat baik pun cobaannya banyak, apalagi kalo bermulut tajam dan suka berkata tidak benar.